Jadi Calon Investor, Kapan Johanes Kim Bisa Suntik Dana ke Merpati?

4 November 2019 20:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Merpati Airlines Foto: Air Britain Photographic Images Collection
zoom-in-whitePerbesar
Merpati Airlines Foto: Air Britain Photographic Images Collection
ADVERTISEMENT
Upaya PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) atau Merpati Airlines untuk terbang masih jauh dari harapan. Sebab, investor yang ingin masuk ke Merpati Airlines belum bisa menyetorkan uangnya.
ADVERTISEMENT
Direktur Utama Merpati Airlines, Asep Ekanugraha, mengatakan hingga kini satu-satunya calon investor yang masih berminat pada Merpati Airlines adalah PT Intra Asia Corpora. Perusahaan tersebut milik Kim Johanes Mulia.
"(Investor) masih yang kemarin, belum ada lagi," kata dia di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (4/11).
Dikutip dari laman resmi PT Perusahaan Pengelolaan Aset (PPA) pada 29 Agustus 2018, Asep telah menandatangani Perjanjian Transaksi Penyertaan Modal Bersyarat dengan PT Intra Asia Corpora yang diwakili oleh direkturnya, Kim Johanes Mulia.
Perjanjian ini secara garis besar berisi komitmen PT IAC, selaku mitra strategis terpilih untuk menyetorkan modal senilai Rp 6,4 triliun untuk melunasi utang-utang Merpati Airlines ke kreditur. Dana tersebut akan dikucurkan dalam dua tahun, setelah seluruh persyaratan terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Asep mengatakan, belum bisa masuknya perusahaan Kim Johanes karena harus menunggu proses privatisasi Merpati menjadi perusahaan swasta. Sementara pemerintah, kata dia, belum memutuskan kapan Merpati Airlines bisa dilepas ke swasta.
Asep juga masih belum tahu berapa persen saham Merpati Airlines yang bakal dilepas ke swasta. "Sampai dengan investor masuk, pasti harus ada privatisasi karena ada proposalnya. Sekarang seperti apa? Masih nunggu pemerintah," ujarnya.
Sementara untuk bisa sampai tahap privatisasi, ada proses restrukturisasi yang harus dilakukan Merpati Airlines. Restrukturisasi tersebut ada dua, yakni utang dan bisnis.
Restrukturisasi bisnis inilah yang tengah dijalankan Asep dan jajaran direksi Merpati Airlines bersama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dalam menjalin kerja sama bisnis kargo. Kesepakatan kerja sama ini dilakukan pada 16 Oktober 2019.
ADVERTISEMENT
Dalam bisnis ini, Merpati Airlines berperan sebagai agen kargo untuk mengirim barang-barang kebutuhan pokok ke Papua. Adapun pesawatnya sewa dari Garuda Indonesia dan Citilink sebab Merpati Airlines belum memiliki izin terbang lagi pascaberhenti beroperasi.
Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Asep Ekanugraha di Kementerian BUMN, Jakarta. Foto: Ema Fitriyani/kumparan
Ada dua rute yang dibuka pada awal kerja sama ini, yakni Jayapura-Wamena dan Timika-Wamena pulang pergi. Penerbangan pertama bakal dilakukan langsung dari Jakarta ke Jayapura pada November 2019.
"Positioning pesawat (10 November). Kan kita terbangnya pakai pesawatnya Garuda. Baru satu pesawat. Tahun depan baru lima pesawat," kata dia.
Kerja sama ini juga menjadi permulaan dari mencari pendapatan baru. Sebab, meski belum bisa terbang, anak bisnis Merpati yang lain seperti kargo dan bengkel pesawat masih beroperasi.
Dari bisnis ini, Merpati Airlines dan Garuda Indonesia mendapatkan keuntungan. Tapi, Asep enggan membahas porsi keuntungan kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
"Pasca kesempatan (tak jadi pailit) kemarin itu kan harus running. Harus mencari jalan keluar bagaimana menyampikan apa yang dulu sudah dikasih kesempatan sama kreditur. Itu harus cari jalan keluarnya. Nah setiap konsekuensi jalan keluar terbang itu kargonya harus diperhitungkan," kata dia.