Jadi Klub Bola yang Pertama Melantai di Bursa Saham, Gimana Kinerja Bali United?

31 Maret 2021 19:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rilis Bali united IPO. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Rilis Bali united IPO. Foto: Denita BR Matondang/kumparan
ADVERTISEMENT
Senyum lebar nampak pada raut wajah Yabes Tanuri Senin pagi 17 Juni 2019 di Hall Bursa Efek Indonesia (BEI). Saat itu, ia mengenakan jaket hitam yang bertuliskan ‘Go Public’ di bagian dada kanan bersama Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno.
ADVERTISEMENT
Keduanya kompak berdiri berdampingan meresmikan Bali United melantai di BEI dengan kode emiten BOLA. Bali United menjadi satu-satunya tim di Indonesia atau kedua di Asia yang melantai di pasar modal.
Jajaran direksi menyambut momen bersejarah tersebut dengan tepuk tangan sembari melihat Inarno memberikan suvenir khas BEI yaitu patung banteng.
Saham BOLA dibuka melejit hingga 69,14 persen menjadi Rp 296 per saham pada pembukaan perdagangan pukul 09.00.01. Kenaikan harga ini setara 69,14 persen. Harga ini bertahan hingga 10 menit awal perdagangannya. Dengan kata lain, saham Bali United terkena auto reject atas.
Sejak melantai di BEI, PT Bali Bintang Sejahtera Tbk sebagai pengelola ‘Serdadu Tridatu’ terus berbenah. Dana segar Rp 350 miliar hasil penjualan saham tersebut akan digunakan untuk meningkatkan infrastruktur dan pengembangan lini bisnis lain seperti periklanan, e-commerce hingga e-sport.
Diego Assis resmi begabung dengan Bali United. Foto: admin
Lalu, setelah melantai hampir dua tahun, bagaimana kinerja keuangan Bali United?
ADVERTISEMENT
Sejak melantai di BEI kinerja keuangan perusahaan akan langsung terbuka. Melansir laporan keuangannya, pada tahun 2019, Bali United membukukan pendapatan sebesar Rp 215,21 miliar. Jumlah ini melesat 86,81 persen dibandingkan pendapatan 2018 yang sebesar Rp 115,20 miliar.
Setahun berikutnya menjadi tahun yang sangat berat, bukan hanya bagi tim yang sebelumnya bernama Persisam Samarinda melainkan semua iklim industri karena pandemi COVID-19. Alhasil sepanjang semester I 2020, Bali Bintang Sejahtera mencatatkan penurunan pendapatan 36,8 persen menjadi Rp 45,84 miliar sepanjang semester I 2020 dibanding periode sama pada tahun sebelumnya.
Adapun sepanjang semester I 2020, emiten berkode saham BOLA ini mencatatkan rugi bersih senilai Rp 12,51 miliar dari yang sebelumnya laba Rp 4,52 miliar di semester I 2019.
ADVERTISEMENT
Perusahaan harus putar otak, PSSI akhirnya menunda Liga 1. Dalam sebuah wawancara, Yabes Tanuri mengungkapkan secara lini bisnis perusahaan masih memiliki performa yang baik.
Harga saham pun berguguran. Berdasarkan catatan kumparan, saham BOLA sempat melorot pada titik terendah menyentuh Rp 131 per lembar sahamnya atau turun sekitar 55 persen dibanding awal mula melantai di BEI.
Namun sepanjang tahun 2021, saham BOLA mengalami kenaikan sekitar 60 persen. Dalam keterbukaan informasi yang dirilis di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (26/3), konglomerat Pieter Tanuri membeli tambahan 8.917.800 atau 8,92 juta saham emiten berkode saham BOLA itu.
Transaksi itu dilakukan pada 18 Maret 2021 dengan harga penjualan per saham di rentang Rp 324. Jika dikalkulasikan, total transaksi mencapai Rp 2,88 miliar.
ADVERTISEMENT