Jadi Pengusaha Butuh Bakat dan Mental Baja? Ini Kata Martin Hartono

27 Oktober 2022 14:09 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Untuk menjadi pengusaha sukses tidak bisa dilakukan hanya dalam satu malam saja. Perlu jerih payah, waktu dan kemampuan mengeksekusi visi dan target dalam meraih hasil.
ADVERTISEMENT
Ada banyak kisah inspiratif dari para pengusaha sukses di dunia maupun Indonesia yang menggambarkan perjuangan mereka. Lalu, apakah dengan bermodal bakat dan mental baja saja sudah cukup?
CEO GDP Venture Martin Hartono mengatakan bahwa seorang pengusaha akan sangat terbantu apabila mereka memiliki bakat secara alami. Meski begitu, Ia menilai, bakat saja tidak cukup untuk menjadi seorang pengusaha yang sukses.
"Bakat itu pasti akan menolong sekali, tapi kalau manusia punya bakat tapi tidak pernah diasah memang akan sulit jago seperti pemain bola lah," ujar Martin dalam Festival UMKM kumparan 2022 Day 2, Kamis (27/10).
CEO GDP Venture Martin Hartono dalam Festival UMKM kumparan 2022 Day 2, Kamis (27/10/2022). Foto: Narda Margaretha Sinambela/kumparan
Menurut dia, seseorang yang memiliki bakat, akan tetapi tidak pernah diasah akan sulit untuk meraih keberhasilan. Ia juga memberikan contoh, seperti pemain bola yang harus giat berlatih secara terus menerus agar bisa menjadi seperti pemain bola kelas dunia.
ADVERTISEMENT
"Kita bisa berbakat, tapi kalau tidak bisa mendedikasikan waktu untuk latihan, seperti pemain kelas dunia ya mana bisa juara dunia," jelasnya.
Tidak hanya itu, untuk menjalin kerja sama dengan pengusaha lainnya, seorang pengusaha harus memiliki visi dan misi agar menghasilkan kinerja yang baik. Hal ini tentu saja dapat menunjukkan seorang pengusaha efisien atau tidak dalam bekerja.
"Dari situ biasa baru kita lihat ada chemistry atau tidak. Jadi kalau menurut saya lebih penting chemistry," kata dia.
Martin menambahkan, mental yang dimiliki setiap pengusaha sangatlah berbeda-beda. Salah satunya, yakni mental baja yang setiap industri memiliki pengaplikasian yang berbeda-beda.
"Kita kadang-kadang harus open minded, kalau sebagai investor untuk bisa mengidentifikasi aplikasi mental baja atau resiliensi di dalam satu industri akan beda," pungkas Martin.
ADVERTISEMENT