Jagung Mahal, Produksi Telur dan Ayam Hidup Ikut Terganggu

9 Februari 2019 13:19 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peternakan Ayam. Foto: Antara/Rahmad
zoom-in-whitePerbesar
Peternakan Ayam. Foto: Antara/Rahmad
ADVERTISEMENT
Saat ini peternak mengalami kesulitan mendapatkan jagung untuk bahan baku pakan ternak. Selain itu, harga jagung di pasaran juga tinggi yaitu mencapai Rp 6.200 - Rp 6.300 per kg. Padahal harga acuan jagung untuk kebutuhan ternak menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 96 Tahun 2018 Rp 4.000 per kg. Presiden Peternak Layer Nasional, Ki Musbar, mengatakan dengan kelangkaan jagung seperti ini membuat peternak mencari opsi lain yaitu menggunakan jagung basah (kadar air 32 persen). Padahal secara wajar seharusnya peternak memberi pakan jagung dengan kadar air 15 persen. “Pakai jagung basah, yang jumlahnya enggak banyak. Jadi mereka tiap hari cari jagung di daerah-daerah ke tengkulak-tengkulak. Jadi kalau musim jagung panen raya kan mereka bisa stok sekitar 2 minggu sampai 1 bulan,” katanya kepada kumparan, Sabtu (9/2).
Peternakan Ayam. Foto: Antara/Rahmad
ADVERTISEMENT
Ki Musbar menambahkan, dengan kadar air tinggi maka asupan nutrisi ayam berkurang sehingga menganggu produktivitas telur. “(Produktivitas telur) per hari itu kita sekarang udah turun 7.000 ton per hari. Jadi fluktuatif 3-5 persen naik turunnya,” sambungnya. Selain produksi telur terganggu, proses pertumbuhan ayam hidup pun terganggu. Saat ini, kata Ki Musbar, pertumbuhan ayam potong tidak ada yang lebih dari 2 kilogram. “Masalahnya daging ayam berat 2 kg enggak ada. Kita bicara di tingkat peternak untuk mencapai 2 kg itu susah. Sekarang itu tinggal 1,7 kg itu yang menjadi daging,” ucapnya.