Jatuh Bangun Bisnis Sriwijaya Air

11 Januari 2021 7:41 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air yang tengah mengudara Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pesawat Sriwijaya Air yang tengah mengudara Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perjalanan bisnis maskapai Sriwijaya Air langsung moncer dalam waktu singkat sejak pertama mengudara di Indonesia pada 10 November 2003. Namun, moncernya bisnis maskapai swasta yang didirikan pengusaha Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, serta beberapa rekan mereka lainnya ini tidak bertahan lama.
ADVERTISEMENT
Masalah keuangan datang dan membuat manajemen harus memutar otak agar tetap bisa menjalankan bisnisnya sampai saat ini. Belum selesai masalah keuangan, kini Sriwijaya Air tertimpa musibah. Pesawat Sriwijaya Air SJ-182 jatuh di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1).
Berikut ini selengkapnya jatuh bangun bisnis Sriwijaya Air:

Bisnis Moncer Sriwijaya Air

Mulanya, maskapai yang mengudara pertama kali pada 10 November 2003 ini cuma punya satu armada jenis Boeing 737-200. Lama kelamaan, pesawat yang dimiliki pun bertambah jadi 15 dengan masih tipe Boeing.
Baru 4 tahun mengudara, maskapai diganjar penghargaan keselamatan penerbangan dari Boeing tahun 2007, yaitu Boeing International Award for Safety and Maintenance of Aircraft.
Kondisi tersebut dilengkapi pada tahun 2013 dengan mendirikan maskapai pengumpan yang diberi nama NAM Air. Sederet lainnya perusahaan yang juga tercatat sebagai anak usaha perseroan, sekolah penerbangan di Pangkal Pinang, National Aviation Management serta sekolah awak kabin bernama National Aircrew Management.
ADVERTISEMENT
Maskapai juga mengantongi sertifikasi keselamatan penerbangan dari Flight Safety Foundation yang berbasis di Amerika Serikat.
Pilot dan Petinggi Sriwijaya Air Foto: Sari Kusuma Dewi/kumparan
Sriwijaya Air Tunggak Utang
Manajemen PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (GMFI) mencatat Sriwijaya Air masih menunggak utang ke pihaknya. Direktur Utama GMFI, Tazar Marta Kurniawan, merinci utang Sriwijaya Air Group senilai USD 50 juta per Januari 2020.
"Sriwijaya Air, Januari 2020 USD 50 juta. Sita jaminan 10 engine, 6 airframe, 2 pesawat miliknya NAM Air, kalau dieksekusi semua bisa menutupi utangnya, diharapkan tidak sampai enggak bayar," katanya saat ditemui di kantornya, Tangerang, Selasa (28/1/2020).
Selain utang ke GMFI, Sriwijaya Air juga tercatat pernah punya utang ke BUMN lain. Dari dokumen yang diterima kumparan pada Selasa (10/9) tahun lalu, Sriwijaya punya utang ke Pertamina Rp 942 miliar, BNI Rp 585 miliar (Pokok), Angkasa Pura I Rp 50 miliar, hingga Angkasa Pura II Rp 80 miliar. Belum diketahui pasti apakah semua utang ke BUMN tersebut sudah lunas atau belum.
ADVERTISEMENT
Bercerai dengan Garuda Indonesia
Persoalan keuangan yang menimpa Sriwijaya Air sebenarnya sempat diselamatkan Garuda Indonesia pada November 2018. Garuda mengumumkan niat menjalin kerja sama manajemen (KSM).
Namun, kerja sama keduanya tidak berjalan sesuai yang diinginkan. Garuda dan Sriwijaya Air akhirnya tidak bisa melanjutkan kerja sama tersebut per Oktober 2019. Pemerintah sebenarnya sempat meminta kedua maskapai rujuk kembali.
Salah satu dampak dari putusnya KSM tersebut, GMF Aero Asia yang merupakan anak usaha Garuda sempat menolak memberikan layanan perawatan pesawat kepada Sriwijaya Air.
Ilustrasi Maskapai Garuda dan Sriwijaya Air. Foto: Shutter stock
Sriwijaya Angkat Direksi Baru
Pemutusan kerja sama Sriwijaya AirGroup dengan Garuda Indonesia, sepertinya sulit untuk dirujukkan kembali seperti keinginan Pemerintah. Apalagi seiring pengakhiran kerja sama kedua maskapai, Sriwijaya Air langsung mengangkat direksi baru.
ADVERTISEMENT
Dari salinan surat yang diperoleh kumparan, pengangkatan direksi baru Sriwijaya Air tersebut, dilakukan oleh Hendry Lie yang mengatasnamakan pemegang saham. Hendry Lie adalah saudara dari Chandra Lie. Dua bersaudara itulah pendiri Sriwijaya Air pada 2003.
Sebelum Sriwijaya Air dibelit masalah keuangan dan menjalin kerja sama dengan Garuda Indonesia, Hendry pernah menjabat sebagai Presiden Komisaris Sriwijaya Air.
Adapun jajaran direksi baru Sriwijaya Air yang diangkat Hendry Lie, yakni Direktur Utama dijabat oleh Jefferson Irwin Jauwena. Pengangkatan berdasarkan surat bernomor 088/SK-PS/XI/2019 tertanggal 6 November 2019.
Direktur Teknik dijabat Dwi Iswantoro berdasarkan surat bernomor 089/SK-PS/XI/2019 tertanggal 6 November 2019. Sedangkan Direktur Operasional dijabat Didi Iswandy berdasarkan surat bernomor 090/SK-PS/XI/2019 tertanggal 6 November 2019, dan jajaran direksi lainnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, belum diketahui apakah ada lagi perubahan susunan komisaris dan direksi perusahaan. Daftar atau informasi nama-nama jajaran direksi tersebut tidak bisa diakses di website resmi sriwijayaair.co.id.
Lalu, apakah Sriwijaya Air bisa bangkit dari berbagai permasalahan bisnis yang ada? Kita tunggu saja.