Jatuh Bangun Perjalanan Bisnis Bibit Waluyo hingga Bikin Senjakala Village

1 Maret 2022 11:45 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Senjakala Village milik Bibit Waluyo. Foto: Bibit Waluyo
zoom-in-whitePerbesar
Senjakala Village milik Bibit Waluyo. Foto: Bibit Waluyo
ADVERTISEMENT
Senjakala Village atau kebun pertanian seakan menjadi teman bisnis untuk menghabiskan masa tua Letjen TNI Purn Bibit Waluyo. Kebun pertanian tersebut merupakan bisnis milik Bibit Waluyo yang berlokasi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Bukan kemarin sore kebun tersebut ada, tetapi Bibit Waluyo sudah mulai mewujudkan Senjakala Village sejak tahun 1998.
“Cikal bakalnya sudah saya mulai tahun 1998, selepas saya menjabat Danrem. Pangkat saya masih kolonel,” ujar Bibit yang menjadi Danrem 043/Garuda Hitam, Lampung (1996-1997).
Awalnya, Bibit Waluyo hanya memiliki 1.000 meter persegi. Lalu bertambah menjadi 2.000 meter persegi. Seiring berjalannya waktu, luas lahan semakin bertambah. “Sekarang kurang lebih 11 hektar. Yang sudah digarap sekitar tiga hektar. Tempat ini memiliki sejarah panjang. Jangan dilihat hari ini,” ujar Bibit Waluyo yang juga pernah menjabat sebagai Pangkostrad 2002-2004.
Sebelum menekuni kebun pertanian, Bibit Waluyo mengalami jatuh dan bangun dalam bisnis. Ia mengaku pernah gagal memelihara sapi. Gagal lagi dalam berbisnis kambing, dan kembali gagal saat menekuni bisnis kolam ikan.
ADVERTISEMENT
“Tapi kesimpulannya, kita tidak boleh menyerah. Beruntung kita semua dididik untuk menjadi prajurit yang tangguh dan pantang menyerah,” ujar Bibit Waluyo.
Bibit Waluyo berpesan kepada para purnawirawan agar tidak berhenti berbuat. Apalagi, saat memasuki masa-masa pensiun. Menurutnya, salah satu cara menghindari post power syndrome adalah dengan tetap bekerja.
“Jangan takut pensiun. Jangan berhenti bekerja. Harus tetap semangat. Seperti saya, saat ini benar-benar menikmati hidup di desa dengan bertani. Setiap hari menghirup udara segar,” ungkap Bibit Waluyo.
Setelah banyak mengalami kegagalan di sektor peternakan, Bibit Waluyo fokus ke pertanian dan perkebunan. Ia mengungkapkan saat ini pihaknya sudah mempekerjakan tak kurang dari 250 orang.
Saya tanam sayur-sayuran dan buah-buahan. Beberapa komoditi bahkan sudah ada yang diekspor,” kata Bibit Waluyo.
ADVERTISEMENT
Selain menanam sendiri, Bibit Waluyo juga memberdayakan kelompok-kelompok tani di Magelang. Ia mengumpulkan kelompok tani untuk diberi pendidikan seputar dunia pertanian. Dari mengolah tanah, menanam, hingga menjualnya ke pasar.
Senjakala Village milik Bibit Waluyo. Foto: Bibit Waluyo
Sesekali, Bibit Waluyo ikut turun sendiri ke desa-desa untuk membeli hasil pertanian itu lalu menjualnya ke pasaran. Ia mengatakan masih tetap memegang tagline pada saat dia menjadi Gubernur Jawa Tengah periode 2008-2013.
“Saya tetap bali ndeso, mbangun ndeso (pulang ke desa, membangun desa),” ujar Bibit sambil tertawa.
Meski sudah tidak lagi menjadi pejabat publik, Bibit mengaku akan berusaha keras mempertahankan eksistensi pertanian lokal. Menurutnya apabila serius mengurusi pertanian, maka kedaulatan negara bisa terjaga.
Saat ini, Senjakala Village sudah menjadi salah satu destinasi wisata alam yang ada di Magelang. Selain kuliner, tempat itu juga menawarkan pemandangan gunung. Magelang dikelilingi banyak gunung, antara lain Gunung Tidar, Merbabu, Sumbing. Tak heran jika selain indoor, Senjakala Village juga menawarkan beberapa fasilitas outdoor yang instagramable.
ADVERTISEMENT
Nama ‘Senjakala’ berarti senja sore, kala waktu. Tempat yang sangat bagus dinikmati sore hari di atas pukul 16.00 WIB sampai malam. Untuk seating area terbagi menjadi indoor, semi outdoor dan juga full outdoor.
Di bagian indoor tersedia tempat duduk dari kayu dan sofa. Pada dindingnya memiliki jendela kaca yang cukup besar, sehingga bisa melihat gunung dengan leluasa. Tersedia teras dilengkapi kursi kayu dan rotan.
Tak jauh dari situ tersedia area payung-payung. Di bagian outdoor tampak kolam renang yang sepertinya hanya sebagai view point. Di belakangnya terdapat bangunan segitiga yang berfungsi panggung live music. Bagi pengunjung keluarga, tempat ini juga menyediakan semacam mini-zoo.
“Belum semua lahan dikelola. Masih ada sekitar 8 hektar yang belum digarap. Saya mempersilakan PPAD untuk membantu mengelola agar lebih produktif,” ujar Bibit Waluyo.
ADVERTISEMENT
Doni Monardo Kunjungi Senjakala Village
Nama Letjen TNI Purn Bibit Waluyo bagi kebanyakan juniornya di TNI-AD, adalah legenda. Sepak terjangnya di Timor Timur, misalnya, menginspirasi setiap prajurit Sapta Marga.
Akan tetapi, bukan itu alasan Ketua Umum DPP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo dan rombongan berkunjung ke area pertanian Bibit Waluyo, Kamis (17/2). Doni dan rombongan ingin melihat dari dekat kebun pertanian serta objek wisata Senjakala Village milik Bibit Waluyo.
Kedatangan Doni adalah rangkaian kunjungan PPAD sekaligus sosialisasi program ‘politik kesejahteraan’ yang digulirkan Ketua Umum PPAD 2021-2026 tersebut. Bibit Waluyo dianggap benchmark bagi para purnawirawan yang tetap aktif berkarya dan berkiprah untuk bangsa dan negaranya, melalui sektor pertanian dan pariwisata. Bibit Waluyo sudah mendengar tentang 'politik kesejahteraan' yang diusung Doni Monardo. Ia menyambut antusias peluang kerja sama ke depan.
ADVERTISEMENT
Menempuh perjalanan darat kurang lebih dua jam dari Semarang, rombongan berhenti di ujung jalan, dan berganti bus yang lebih kecil. Dari pusat kota Magelang, perlu waktu sekitar 10 menit untuk tiba di Senjakala Village.
Senjakala Village milik Bibit Waluyo. Foto: Bibit Waluyo
Bibit Waluyo dan istri, para karyawan Senjakala Village, serta pengurus dan anggota Hipakad (Himpunan Putra Putri TNI Angkatan Darat) sudah berdiri berjajar menyambut kedatangan Doni Monardo dan rombongan. Sebelum memasuki aula tempat acara, Bibit Waluyo mempersilakan Doni menanam pohon matoa yang telah disiapkan di halaman depan Senjakala Village.
Bibit Waluyo rupanya paham benar kegemaran Doni menanam pohon. Sebelum menanam pohon, Doni masih sempat menyinggung sedikit tentang matoa. “Bapak tahu tidak, ini matoa jenis apa?” kata Doni kepada Bibit Waluyo.
ADVERTISEMENT
Doni lantas menyebutkan, bahwa ada tiga jenis matoa yang dibedakan berdasar kulit buahnya. Ketiga jenis matoa itu matoa kulit merah (Emme Bhanggahe), matoa kulit hijau (Emme Anokhong), dan matoa kulit kuning (Emme Khabhelaw). “Wah, saya malah baru tahu,” kata Bibit sambil tertawa.
Usai menanam pohon, Doni dipersilakan menandatangani prasasti. Prasasti itu yang kemudian diletakkan di depan pohon matoa yang baru saja ditanam.
Doni Monardo Ingin Purnawirawan Sejahtera
Menyambut tawaran simpatik, Ketua Umum DPP PPAD, Letjen TNI Purn Doni Monardo mengucapkan terima kasih. Ia kembali mengilas peristiwa Munas IV PPAD, 14-15 Desember 2021. Para senior memintanya menjadi Ketua Umum PPAD dengan pesan khusus. “Para senior berpesan agar saya fokus menyejahterakan purnawirawan. Karena itu tidak ada pilihan lain, kecuali membangun jiwa wirausaha,” katanya.
ADVERTISEMENT
Seperti pengarahan di depan para pengurus DPD PPAD Jawa Tengah sehari sebelumnya, Doni membeberkan potensi sumber daya alam Tanah Air yang begitu berlimpah. Untuk itulah, PPAD telah melakukan sejumlah penandatanganan kesepakatan kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dari sektor perbankan.
Fokus PPAD ke depan adalah mengatasi problem perumahan bagi para purnawirawan. Selain sektor perumahan, adalah sektor kesehatan. Meski sudah mengalokasikan anggaran yang tidak sedikit, tetapi pemerintah tetap belum bisa menjangkau semua lapisan masyarakat.
“Sebagai contoh, asuransi saja tidak meng-cover semua jenis penyakit,” tambah Doni yang pernah menjabat sebagai Kepala BNPB 2019-2021.
Selanjutnya, PPAD terus menggalang kerja sama dengan berbagai pihak di seluruh wilayah Tanah Air. Di sisi lain, PPAD menyiapkan materi pelatihan bagi prajurit baik yang menjelang masa pensiun maupun para purnawirawan. “Kami akan memberikan berbagai pelatihan sebagai bekal pensiun,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kepada PPAD Jawa Tengah, Doni berharap bisa menindaklanjuti penawaran kerja sama pengelolaan lahan dari Bibit Waluyo. Menurutnya, lahan yang ada harus diteliti dan dikaji secara cermat untuk mengetahui jenis pohon apa yang cocok ditanam. Idealnya, haruslah jenis pohon yang memiliki nilai ekologis sekaligus ekonomis.
“Soal bibit pohon jangan khawatir,” ujar Doni sambil tersenyum.
PPAD Jawa Tengah harus memilih personel yang memiliki kapasitas, keterampilan, dan pengetahuan untuk melaksanakan kerja sama tersebut. Melalui peningkatan keterampilan anggota serta dukungan banyak pihak, ia berharap dalam waktu dekat tidak lagi dijumpai persoalan-persoalan klasik menyangkut fasilitas rumah dan kesehatan para purnawirawan.
“Kuncinya wirausaha. Semangat entrepreneurship akan terus kami sosialisasikan,” katanya.
Doni memuji keberhasilan Bibit Waluyo. Ia berharap, success story itu bisa menjadi teladan. Apalagi, sampai berhasil menghidupi ratusan tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
“Sejatinya, pahlawan masa kini dan masa depan adalah yang bisa menciptakan lapangan kerja,” tegas Doni Monardo.