Jejak Karbon: Pengertian, Contoh, dan Dampaknya bagi Bumi

29 Agustus 2024 12:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilutrasi kekeringan akibat pemanasan global. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilutrasi kekeringan akibat pemanasan global. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Pemanasan global (global warming) dapat meningkatkan temperatur udara secara global yang terjadi akibat efek rumah kaca. Nilai emisi karbon yang dihasilkan dari peristiwa tersebut dikenal dengan istilah "Jejak Karbon".
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam buku Sustainable Me karya Via Apriyani (2020), jejak karbon (carbon footprint) adalah jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan individu atau masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Satuannya dinyatakan dalam jumlah ton karbon atau ton karbon dioksida ekuivalen.
Semakin banyak aktivitas yang dilakukan manusia, maka semakin tinggi pula emisi karbon yang dihasilkan. Teori ini membuktikan bahwa aktivitas manusia berkaitan erat dengan kualitas udara di atmosfer.
Jejak karbon lazim ditemui di kehidupan sehari-hari, baik berupa aktivitas ringan maupun berat. Tidak hanya individu, jejak karbon juga bisa dihasilkan oleh kelompok, perusahaan, maupun produk. Apa saja contohnya?

Contoh Jejak Karbon dalam Kehidupan Sehari-hari

Emisi karbon di Jakarta. Foto: Aly Song
Jejak karbon bisa menjadi indikator seberapa kotor udara di bumi ini. Emisi karbon yang dihasilkan dari aktivitas manusia dapat memicu kerusakan ekosistem laut dan daratan, terjadinya kebakaran hutan, dan peningkatan suhu rata-rata global.
ADVERTISEMENT
Tanpa disadari, sejumlah aktivitas yang dianggap ringan juga bisa menyumbang emisi karbon tinggi di udara. Berikut ini beberapa contohnya:
Masih banyak aktivitas lain yang bisa menghasilkan jejak karbon. Karenanya, setiap individu maupun kelompok harus bersinergi untuk meminimalisasi penyebabnya. Bisa dengan menerapkan aksi Go Green ataupun upaya peduli lingkungan.
ADVERTISEMENT

Dampak Jejak Karbon terhadap Bumi

Ilustrasi karbon dioksida Foto: geralt/pixabay
Laporan The Lancet Countdown menjelaskan bahwa cuaca ekstrem bisa meningkatkan risiko bencana alam di sejumlah daerah. Apabila dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi secara global.
Dampak jejak karbon juga bisa menyebabkan berbagai masalah global seperti penyebaran penyakit hingga rusaknya ekosistem laut. Dirangkum dari laman Kementerian ESD, berikut masing-masing penjelasannya:

1. Perubahan produksi pangan

Jejak karbon yang menyebabkan perubahan iklim berdampak pada produksi makanan. Beberapa tanaman sulit tumbuh dan wilayah penghasil padi pun kehilangan kesuburannya karena suhu yang semakin panas.

2. Penyebaran penyakit

Jejak karbon juga memengaruhi kesehatan manusia, salah satunya meningkatkan risiko penyebaran penyakit menular seperti malaria. Hal ini terjadi karena wilayah tropis semakin meluas ke daerah sub-tropis, sehingga penyakit tropis mampu menyebar lebih luas.
ADVERTISEMENT

3. Kerusakan Ekosistem Laut

Emisi gas yang diserap laut mampu meningkatkan kadar keasaman air, merusak ekosistem laut, dan mengancam kehidupan hewan laut. Selain itu, kenaikan permukaan laut dan suhu perairan Indonesia yang meluas juga membahayakan kapal nelayan kecil.

4. Penurunan Ketersediaan Air Bersih

Jejak karbon berkontribusi pada penurunan ketersediaan air bersih. Menurut studi Bappenas, kebijakan ketahanan iklim di empat sektor utama (air, kesehatan, kelautan perikanan, dan pertanian) bisa menurunkan risiko kehilangan PDB hingga 50,4% pada 2024. Tanpa intervensi, Indonesia bisa kehilangan hingga Rp 115 triliun akibat perubahan iklim.
Ragam konten berkualitas dan inklusif tentang inisiatif individu, komunitas, dan pemangku kepentingan untuk mendorong terciptanya bumi berkelanjutan hanya di kumparan.com/greeninitiative