Jelang Pengumuman Suku Bunga AS, Optimisme Investor Kripto dan Saham Meningkat

18 Desember 2024 11:06 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi grafik pasar saham kripto. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi grafik pasar saham kripto. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pasar keuangan global, khususnya sektor kripto dan saham, menunjukkan peningkatan optimisme menjelang pengumuman kebijakan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada 19 Desember.
ADVERTISEMENT
Perhatian para pelaku pasar kini tertuju pada kemungkinan The Fed melanjutkan tren penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin, untuk mendukung pertumbuhan ekonomi AS.
Berdasarkan pantauan kumparan di Ajaib Sekuritas, harga Bitcoin berada di level Rp 1.694.922.897 pada perdagangan Rabu (18/12).
Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menilai penurunan suku bunga lanjutan menjadi langkah yang rasional, mengingat kondisi ekonomi AS yang relatif stabil dan inflasi yang masih terkontrol.
“Sentimen positif tersebut telah membawa Bitcoin mencetak rekor harga tertinggi baru selama dua hari berturut-turut, seperti pada 17 Desember lalu yang mencetak All-Time High USD 107,8 ribu. Kendati Bitcoin berada di level USD 106,3 ribu, potensi kembali terciptanya rekor harga tertinggi baru bagi Bitcoin masih terbuka apabila terdapat penurunan suku bunga lanjutan setidaknya sebesar 25 basis poin,” kata Fahmi dalam keterangan resminya, Rabu (18/12).
ADVERTISEMENT
Sejalan dengan perkembangan ini, data menunjukkan adopsi Bitcoin oleh investor AS semakin solid. Total aliran dana masuk neto (netflow) ETF Bitcoin spot menyentuh angka USD 637,5 juta pada perdagangan Senin lalu. Wacana penggunaan Bitcoin sebagai strategic reserve oleh pemerintahan Trump juga dinilai menjadi salah satu pendorong meningkatnya optimisme terhadap aset digital ini.
Di Indonesia, pasar kripto tumbuh signifikan. Hingga Oktober 2024, jumlah investor kripto di Tanah Air mencapai 21,63 juta, naik 360 ribu dibandingkan bulan sebelumnya. Transaksi kripto selama periode Januari hingga Oktober mencapai Rp 475,13 triliun, melonjak 352,89 persen dibandingkan tahun lalu.
Chief Compliance Officer (CCO) Reku sekaligus Ketua Umum Aspakrindo-ABI, Robby, menilai pertumbuhan jumlah investor ini didorong oleh berbagai dukungan regulator.
ADVERTISEMENT
Menurut dia, Pemerintah mendukung pertumbuhan aset kripto di Indonesia dengan berbagai upaya perlindungan bagi investor, termasuk di antaranya penerapan Know Your Customers (KYC) untuk memperkuat Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU PPT) di Indonesia.
"Selain itu, dibentuknya Self-Regulatory Organizations (SRO) yang terdiri dari Bursa, Depository, dan Lembaga Kliring untuk memastikan setiap transaksi dan operasional perdagangan kripto berjalan sesuai dengan standar dan regulasi yang telah ditetapkan, juga turut memberikan kenyamanan bagi investor,” jelas Robby.
Selain itu, fase bull-run di pasar kripto juga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor, termasuk pemula. Kenaikan pesat pada harga aset-aset kripto seperti Bitcoin yang melesat ke level USD 107,8 ribu pada 17 Desember lalu turut mengundang percakapan di kalangan investor baru.
ADVERTISEMENT
"Oleh karena itu, peran edukasi dan literasi masih harus diprioritaskan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat agar dapat berinvestasi kripto dengan bijak. Reku juga terus mendukung upaya edukasi, salah satunya berkolaborasi dengan Tether untuk mengadakan roadshow di 10 kota di Indonesia,” tambahnya.
Federal Reserve. Foto: Shutterstock
Sementara itu, pasar saham AS juga menunjukkan kinerja positif menjelang pengumuman The Fed. Indeks Nasdaq Composite naik 1,91 persen pada perdagangan Senin, 16 Desember, dan mencetak rekor tertinggi baru di level 20.197,42. Saham-saham berbasis teknologi. Khususnya yang terkait dengan kecerdasan buatan (AI), menjadi motor penguatan indeks tersebut.
Selain kebijakan suku bunga, paparan pejabat The Fed terkait pandangan mereka terhadap kondisi ekonomi yang ada juga akan menjadi faktor yang diperhatikan oleh para investor, khususnya mengingat dampak signifikan dari penurunan suku bunga terhadap inflasi biasanya tidak terjadi secara langsung.
ADVERTISEMENT
"Optimisme The Fed terhadap tren penurunan inflasi ke depan dapat memicu optimisme lebih lanjut dari para pelaku pasar yang dapat menunjang semakin meningkatnya aliran dana masuk baik ke pasar kripto maupun saham AS,” kata Fahmi.
Dengan optimisme yang meningkat di pasar, para investor dihimbau untuk tetap melakukan riset mendalam guna memilih aset yang sesuai dengan profil risiko mereka.
Bagi investor yang cenderung mengutamakan fundamental suatu aset, dapat berinvestasi di aset crypto yang memiliki kapitalisasi pasar terbesar.
"Misalnya di fitur Packs di Reku, investor bisa berinvestasi pada berbagai kripto blue chip dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi. Selain itu, investor juga dapat mengoptimalkan potensi bullish saham AS melalui fitur Insights,” ujarnya.
ADVERTISEMENT