Jengkelnya Jokowi, Buku Tulis hingga Pensil Impor

25 Maret 2022 9:38 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi pada pembukaan Rakornas Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (23/2/2022). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi pada pembukaan Rakornas Penanggulangan Bencana (BNPB), Rabu (23/2/2022). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) memberikan pengarahan tentang afirmasi bangga buatan Indonesia di Bali pada Jumat (25/3). Di hadapan jajaran menteri, Presiden Jokowi tak bisa menyembunyikan kekecewaannya.
ADVERTISEMENT
Indonesia masih banyak mengimpor barang-barang dari luar negeri. Bahkan untuk sekadar kamera CCTV, buku tulis hingga pensil saja Indonesia masih impor.
“Coba CCTV beli impor, di dalam negeri ada yang bisa produksi. Apa-apaan ini, dipikir kita bukan negara yang maju buat CCTV saja beli impor. Seragam dan sepatu tentara dan polisi beli dari luar,” kata Jokowi.
“Pensil, kertas, saya cek, impor, pulpen, apa ini, kadang-kadang saya mikir, ini kita ngerti enggak sih? Jangan-jangan kita enggak kerja detail, sehingga enggak ngerti barang yang dibeli itu barang impor. Buku tulis impor. Jangan ini diteruskan, setop,” lanjut Presiden.
Tak hanya itu saja, Presiden juga menyorot alat-alat kesehatan di Indonesia juga masih dari impor. Bahkan hanya untuk tempat tidur di rumah sakit saja Indonesia masih impor. Padahal menurutnya, sebetulnya Indonesia punya kemampuan untuk memproduksinya sendiri.
ADVERTISEMENT
“Mau diterus-teruskan? Mau saya umumkan kalau saya jengkel, ini rumah sakit daerah impor, Kemenkes impor. Tak baca nanti karena sekarang gampang banget detail saya lihat,” ujar Presiden.
Menurut Presiden, ketika Indonesia terus melakukan impor maka aliran uang akan ke luar negeri. Sementara Jokowi ingin agar uang ini mengalir ke dalam negeri sehingga dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia.
“Barang yang kita beli barang dalam negeri berarti akan ada investasi berarti membuka lapangan pekerjaan. Tadi sudah dihitung, bisa membuka 2 juta lapangan pekerjaan, kalau ini tidak dilakukan, sekali lagi bodoh banget kita ini,” tandas Presiden.