Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Jepang, China, Singapura, hingga Korsel Berminat Investasi Energi Hijau di RI
11 April 2025 13:15 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Chief Investment Officer (CIO) Danantara Pandu Sjahrir mengatakan perusahaan dari Jepang, Singapura, Korea Selatan, China, dan Eropa yang tertarik berinvestasi di RI sektor pengelolaan sampah menjadi energi listrik.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, Pandu tak membuka lebih detail nama perusahaan dari negara-negara tersebut. Hanya saja, investasi yang bakal digelontorkan perusahaan dari negara-negara itu berupa pendanaan dan pembangunan teknologi.
"Ini kan pembangunan sampah, waste to energy yang juga skalanya cukup besar di beberapa banyak lokasi," ucap Pandu kepada wartawan, di Kantor Kemenko Pangan, Jakarta, Jumat (11/4).
Pandu meneruskan, salah satu fokus Danantara dalam penugasan ini bukan hanya investasi sampah menggunakan teknologi insenerator, tapi mesti mempertimbangkan jenis teknologi lainnya yang tak menimbulkan masalah lingkungan lainnya.
Kata Pandu, bisa saja teknologi RDF (Refuse Derived Fuel) yang dipilih Danantara. RDF adalah teknologi pengolahan sampah menjadi bahan bakar alternatif.
"Yang paling penting adalah teknologinya harus teknologi yang baik. Teknologi yang bagus. Jadi teknologi partnernya jelas," imbuh dia.
ADVERTISEMENT
Pandu tak menyebut secara gamblang berapa nilai investasi perusahaan yang bakal menanamkan modalnya di Indonesia.
Namun, berdasarkan proyeksi pengalaman di luar negeri, sektor pengelolaan sampah menjadi listrik ini mendulang return jika sudah 5-6 tahun berjalan.
"Di luar negeri ya. Saya rasa mirip-mirip lah di sini. Malah di sini udah ada Bantar Gebangnya udah kayak 20 lantai," cakap Pandu.
Sementara itu, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan menyampaikan nantinya Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) akan mendapat penugasan untuk menyeleksi teknologi yang digunakan tiap perusahaan ketika berinvestasi di Indonesia.
Penugasan ini khusus bagi perusahaan yang berinvestasi di sektor pengelolaan sampah menjadi energi listrik berbasis teknologi ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT
"Jadi nanti yang milih teknologi Danantara, bisa juga bisnis disitu karena sangat menguntungkan atau partner atau apa paling kurang menyeleksi teknologinya," kata dia.
Sebelumnya, Zulkifli Hasan mempercepat revisi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35/2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
Zulhas percepat revisi Perpres ini dikarenakan perizinan antara pemerintah pusat dan daerah yang dinilai berbelit-belit. Kata dia, revisi Perpres 35/2018 bakal difokuskan memangkas perizinan.
Zulhas mengatakan, nanti perizinan yang baru menurutnya akan lebih efisien, di mana perizinan awal dari Kementerian ESDM, lalu langsung ke PT PLN (Persero). Di samping itu, isi beleid revisi Perpres 35/2018 juga bakal disepakati tarif pengolahan sampah hingga menjadi energi listrik di antara 18-20 sen dolar AS.
ADVERTISEMENT
"Jadi itu dipangkas, nanti perizinannya dari ESDM langsung PLN. Kan cepat ya. Tarifnya itu disepakati antara 18 sampai 20 (sen)," ucap Zulhas.