Jerman Gelontorkan USD 3,4 Miliar untuk Proyek Transisi Energi di Indonesia

10 September 2024 19:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga melintas menggunakan kendaraan roda dua di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Jeneponto di Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Rabu (23/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
zoom-in-whitePerbesar
Warga melintas menggunakan kendaraan roda dua di sekitar Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Jeneponto di Kecamatan Binamu, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Rabu (23/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Abriawan Abhe
ADVERTISEMENT
Indonesia tercatat mendapatkan dukungan dari berbagai negara maju untuk mengakselerasi transisi energi menuju target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat, salah satunya dari Jerman.
ADVERTISEMENT
Wakil Kepala Misi, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, ASEAN dan Timor Leste, Thomas Graf, mengatakan perjalanan transisi energi Indonesia mendapat dukungan dan sokongan dari banyak negara, termasuk Jerman.
Graf menuturkan, Jerman termasuk negara yang berkomitmen menyediakan pendanaan transisi energi dalam kerangka Just Energy Transition Partnership (JETP). Total kontribusi Jerman untuk proyek transisi energi di Indonesia mencapai USD 3,4 miliar.
"Sejauh ini, Jerman telah memberikan kontribusi sekitar USD 1 miliar untuk proyek di JETP, dan sekitar USD 2,4 miliar untuk memperkuat sektor energi yang berkelanjutan di Indonesia,” kata Thomas dalam sambutannya pada Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024, Selasa (10/9).
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana, Kementerian PPN/Bappenas, Ervan Maksum, menjelaskan percepatan transisi energi berkeadilan menjadi kunci pencapaian Indonesia Emas 2045.
ADVERTISEMENT
“Kita perlu mendorong proses transisi energi berkeadilan. Penyediaan listrik yang rendah karbon menjadi solusi untuk pembangunan regional. Membangun sistem transmisi yang andal dan mampu mengakomodasi energi terbarukan di luar Pulau Jawa merupakan hal penting untuk mendorong pemerataan,” jelas Ervan.
Menyoal kapasitas energi terbarukan pada 2060, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menyampaikan pihaknya tengah menyiapkan draf Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) baru.
"Pada draft RUPTL tersebut akan menargetkan lebih dari 367 GW energi terbarukan pada 2060, dengan porsi variabel energi terbarukan dengan penyimpanan energi mencapai 42 persen," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menyatakan bahwa IESR turut ikut berkolaborasi bersama dengan GIZ Indonesia dan Kementerian PPN/Bappenas dalam Project Clean, Affordable and Secure Energy (CASE) for Southeast Asia dan Sustainable Energy Transition Indonesia (SETI) bersama dengan GIZ Indonesia dan Kementerian ESDM dalam mengakselerasi transisi energi di Indonesia.
Konferensi pers Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024, Selasa (10/9/2024). Foto: Fariza/kumparan
Fabby menambahkan, terdapat empat faktor yang perlu ada untuk mempercepat transisi energi, yaitu kebijakan yang mendukung investasi energi terbarukan, ketersediaan teknologi energi terbarukan, ketersediaan pendanaan, serta dukungan dan partisipasi masyarakat dan para pemangku kepentingan.
ADVERTISEMENT
“Salah satu strategi yang dikejar oleh pemerintah adalah penyelesaian purchase power agreement (PPA) atau Perjanjian Jual Beli Listrik untuk energi terbarukan antara pengembang dan PLN, serta percepatan implementasi PLTS atap. Dengan upaya-upaya ini diharapkan bisa mencapai target bauran energi terbarukan sebesar mungkin,” ungkap Fabby.
Perhelatan ISEW 2024 secara resmi dibuka oleh Kementerian Perencanaan dan Pembangunan/Bappenas, Kementerian ESDM, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, GIZ Indonesia dan ASEAN, serta Institute for Essential Services Reform (IESR).
ISEW menjadi bagian penting dalam 30 tahun kerja sama sektor energi antara Indonesia dan Jerman, yang menyediakan dukungan teknis dan finansial untuk proyek energi terbarukan.
ISEW 2024 memiliki tiga tujuan utama, yakni menjadi forum pertemuan tingkat tinggi antara Pemerintah Indonesia dan Jerman untuk mendukung transisi energi global dan nasional, menjembatani pembuat kebijakan dengan masyarakat, termasuk organisasi masyarakat sipil, akademisi, generasi muda, dan pemangku kepentingan non-energi, serta meningkatkan kesadaran akan teknologi berkelanjutan di kalangan masyarakat, sektor swasta, dan komunitas
ADVERTISEMENT