Jetstar Asia Akan Setop Operasi Imbas Kenaikan Tarif Bandara Changi Singapura
11 Juni 2025 13:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
Kenaikan biaya operasional di Bandara Changi, Singapura, menjadi salah satu penyebab utama ditutupnya maskapai berbiaya rendah Jetstar Asia, anak usaha Qantas Airways Ltd., menurut para eksekutif perusahaan.
ADVERTISEMENT
Mengutip Bloomberg, Jetstar Asia akan menghentikan seluruh operasionalnya pada 31 Juli 2025.
Keputusan ini berimbas terhadap pemutusan hubungan kerja terhadap sekitar 500 karyawan. Maskapai ini hanya mencatatkan keuntungan dalam 6 dari 21 tahun operasinya.
Sejak 1 April lalu, Bandara Changi menerapkan kenaikan biaya untuk mendanai proyek peningkatan fasilitas senilai 3 miliar Dolar Singapura (sekitar 2,3 miliar Dolar Singapura).
“Biaya meningkat di seluruh ekosistem operasional kami,” kata CEO Jetstar Group, Stephanie Tully.
“Biaya bandara adalah bagian dari itu dan berdampak langsung pada bisnis," imbuh dia.
Penutupan ini memungkinkan Qantas membatalkan pembiayaan modal hingga 500 juta Dolar Australia atau sekitar 327 juta Dolar Singapura untuk mendanai program pembaruan armadanya.
ADVERTISEMENT
Pulangkan Pesawat
Sebanyak 13 pesawat Airbus A320 milik Jetstar Asia akan dikembalikan ke Australia dan Selandia Baru yang diperkirakan membuka 100 lapangan kerja baru di kawasan tersebut.
CEO Qantas Vanessa Hudson kini memfokuskan sumber daya pada bisnis domestik Australia yang menjadi mesin utama pendapatan perusahaan, sembari mengatur ulang aset untuk memenuhi pemesanan hampir 200 pesawat baru yang paling besar dalam sejarah maskapai tersebut.
Jetstar Asia, yang 49 persen sahamnya dimiliki Qantas, diperkirakan mencatatkan rugi operasional hingga 35 juta Dolar Australia tahun ini akibat persaingan yang ketat dan biaya yang terus meningkat.
Penutupan ini akan menimbulkan beban keuangan sebesar 175 juta Dolar Australia. Dengan penutupan ini, grup Singapore Airlines akan menjadi satu-satunya operator maskapai berbasis di Singapura.
ADVERTISEMENT
Namun, sejumlah maskapai asing tetap beroperasi dan bersaing di rute-rute yang sebelumnya dilayani Jetstar Asia.
Manajemen Bandara Changi menyatakan kecewa atas keputusan Jetstar Asia namun tetap menghormati pertimbangan komersial perusahaan.
“Prioritas kami saat ini adalah memastikan penumpang mendapat dukungan dan mengurangi gangguan selama masa transisi,” ujar Changi dalam pernyataan tertulis kepada Bloomberg.
Changi juga berkomitmen bekerja sama dengan maskapai lain untuk memulihkan konektivitas di empat rute yang selama ini hanya dilayani Jetstar Asia: Broome (Australia), Labuan Bajo (Indonesia), Okinawa (Jepang), dan Wuxi (China).
Didirikan pada 2004, Jetstar Asia sempat menjadi maskapai terbesar ketiga di Bandara Changi setelah Singapore Airlines dan Scoot. Namun pada Juni 2025, kapasitas kursi satu arah yang ditawarkan hanya sekitar 31.000 per minggu atau kurang dari 4 persen total kapasitas Changi.
ADVERTISEMENT
Penutupan Jetstar Asia hanya akan berdampak pada 16 rute intra-Asia. Layanan Jetstar Airways dari Australia dan Jetstar Japan ke wilayah Asia tetap beroperasi seperti biasa.
Jadwal penerbangan Jetstar Asia akan dikurangi secara bertahap hingga penghentian penuh pada 31 Juli.