Jika B40 Diterapkan, Pasokan CPO untuk Minyak Goreng Aman?

1 Agustus 2022 13:08 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri ESDM Arifin Tasrif melepas uji jalan B40 di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (27/7/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri ESDM Arifin Tasrif melepas uji jalan B40 di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (27/7/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menguji program Biodiesel 40 (B40), yakni penambahan komposisi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebesar 40 persen ke dalam bahan bakar minyak.
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, program B40 akan membutuhkan lebih banyak CPO. Di sisi lain, CPO juga merupakan bahan dasar untuk produksi minyak goreng.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono menjelaskan penerapan B40 harus diikuti dengan meningkatkan produksi CPO. Dengan begitu pasokan CPO untuk produksi minyak goreng tetap terjaga.
“Yang paling memungkinkan supaya tidak terjadi persaingan antara pangan vs energi yaitu dengan meningkatkan produktivitas utamanya produktivitas kebun masyarakat, utamanya dengan replanting,” kata Eddy kepada kumparan, Senin (1/8).
Sejumlah truk pengangkut Tanda Buah Segar (TBS) kelapa sawit mengantre untuk pembongkaran di salah satu pabrik minyak kelapa sawit milik PT.Karya Tanah Subur (KTS) Desa Padang Sikabu, Kaway XVI, Aceh Barat, Aceh, Selasa (17/5/2022). Foto: Syifa Yulinnas/ANTARA FOTO
Kendati begitu, Eddy menjelaskan bahwa harga beli CPO dari pabrik kelapa sawit sama baiknya dengan industri biodiesel maupun industri pangan.
Ia juga mengatakan, kondisi kebun sawit rakyat saat ini banyak yang harus di-replanting sebab banyak tanaman yang sudah tua dan bibit yang digunakan bukan bibit unggul.
ADVERTISEMENT
Replanting kan relatif masih baru dimulai, jadi belum terlihat hasilnya. Tetapi upaya itu harus dilakukan kalau tidak bukannya produksi naik, yang terjadi nanti akan stagnan bahkan terjadi penurunan,” ujarnya.
Produksi CPO dan Konsumsi untuk Biodiesel
Kementerian ESDM menghitung, apabila B40 diterapkan setidaknya memerlukan peningkatan produksi CPO hingga 3 juta ton. Adapun dari data Gapki, produksi CPO dan Palm Kernel Oil (PKO) tiga tahun terakhir justru menurun.
Menteri ESDM Arifin Tasrif melepas uji jalan B40 di Kantor Kementerian ESDM, Rabu (27/7/2022). Foto: Akbar Maulana/kumparan
Pada 2019, produksi CPO dan PKO mencapai 51,83 juta ton. Turun menjadi 51,58 juta ton pada tahun 2020. Kemudian turun lagi menjadi 51,3 juta ton pada 2021. Untuk tahun 2022, produksi CPO dan PKO hingga April mencapai 16,47 juta ton.
Dari produksi tersebut, alokasi konsumsi untuk biodiesel jumlanya meningkat signifikan. Pada tahun 2019 konsumsi CPO untuk biodiesel mencapai 5,8 juta ton, naik menjadi 7,2 juta ton pada rahun 2020 dan naik lagi menjadi 7,3 juta ton pada 2021. Untuk tahun ini, konsumsi CPO untuk biodiesel hingga April 2022 mencapai 2,8 juta ton.
ADVERTISEMENT
Sementara konsumsi untuk industri pangan terpantau mengalami naik turun. Pada tahun 2019 konsumsi CPO untuk pangan mencapai 9,8 juta ton, turun menjadi 8,4 juta ton pada 2020. Kemudian naik menjadi 8,9 juta ton pada tahun 2021. Untuk tahun ini, konsumsi CPO untuk industri pangan hingga April mencapai 2,5 juta ton. Lebih sedikit dibanding biodiesel.
Berdampak pada Volume Ekspor CPO
Eddy menjelaskan, penambahan kebutuhan CPO untuk biodiesel dipastikan akan berdampak pada penurunan volume ekspor CPO.
“Setelah moratorium praktis tidak ada izin baru untuk perusahaan, produksi di sekitar 50 juta ton. Kalau ada penambahan kebutuhan untuk biodiesel sudah pasti yang harus dikurangi adalah ekspor,” kata Eddy.
Konsekuensi penurunan volume ekspor CPO itu juga diperhitungkan oleh Kementerian ESDM. Dirjen EBTKE Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan penerapan B40 tanpa adanya peningkatan produksi CPO berakibat penurunan volume ekspor.
ADVERTISEMENT
“Begitu nanti misal kita tingkatkan jadi B40 kalau tidak diikuti produksi sawit ini akan mengurangi volume ekspor,” kata Dadan.