Jika Pertalite dan LPG 3 Kg Naik Bisa Pukul Daya Beli dan Inflasi 4 Persen

4 April 2022 4:41 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengendara sepeda motor mengantre membeli bahan bakar Pertalite di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (30/3).
 Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pengendara sepeda motor mengantre membeli bahan bakar Pertalite di SPBU kawasan Kuningan, Jakarta, Rabu (30/3). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai kenaikan Pertamax dari Rp 9.000 per liter menjadi Rp 12.500 per liter bukan menjadi masalah. Dengan catatan, kenaikan Pertamax ini tak diikuti dengan naiknya Pertalite dan LPG 3 kg.
ADVERTISEMENT
“Berbeda konteks ketika kenaikan dilakukan di komoditas Pertalite dan LPG 3 kg. Ini tentunya semakin memukul daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya baik,” kata Pengurus Harian YLKI kepada kumparan, Minggu (3/4).
Agus melihat Pertalite digunakan oleh lebih dari 76 persen pengguna kendaraan termasuk angkutan umum. Dengan begitu, menurutnya jika Pertalite naik akan sangat berdampak pada inflasi.
Selain itu, Agus menjelaskan kalau Pertalite dan LPG 3 kg adalah barang bersubsidi. Menurutnya dengan mencabut atau mengurangi subsidi dalam waktu yang tidak tepat akan menambah beban ekonomi masyarakat.
“Alih-alih menaikkan harga Pertalite dan LPG 3 kg, sebaiknya pemerintah dan PT Pertamina fokus melakukan pengawasan dan edukasi pada masyarakat kelompok menengah atas agar tidak bermigrasi dari Pertamax ke Pertalite atau dari LPG non subsidi ke LPG subsidi,” tutur Agus.
ADVERTISEMENT
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan sinyal kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite hingga gas LPG 3 kg pada Juli-September 2022 nanti.
Sementara itu, Kepala Divisi Economic Research Mandiri Sekuritas Leo Rinaldy mengatakan, jika nantinya harga BBM Pertalite dinaikkan pada semester dua tahun ini, ia memproyeksikan inflasi akan menyimpang lebih dari 4 persen.
“Mengulang perhitungan kami, inflasi dapat menyimpang hingga lebih dari 4 persen, berkisar di rentang 4,2-4,6 persen,” ungkapnya dalam riset yang dikutip kumparan, Minggu (3/4).
Tak hanya inflasi, kebijakan moneter juga pasti akan berubah. Leo memperkirakan, bank sentral, Bank Indonesia akan mulai menaikkan BI7DRR sebesar 75bps menjadi 4,25 persen di semester dua tahun ini.
ADVERTISEMENT
“Hal ini menyesuaikan kenaikan inflasi yang terjadi, akibat kemungkinannya harga Pertalite naik,” tambah dia.
Adapun BPS mencatat, inflasi di Maret 2022 sebesar 2,64 persen secara year on year. Jika, prediksi inflasi 4,2-4,6 persen ini terwujud, maka inflasi Indonesia akan menjadi yang terbesar selama lima tahun terakhir.
Pasalnya, inflasi Indonesia pernah mencapai level 4 persen pada 2017 yakni di bulan April, Mei, dan Juni.