Joe Biden Tetap Pede AS Tidak Akan Gagal Bayar Utang

27 Mei 2023 16:18 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Joe Biden memberi isyarat di atas panggung di Washington Hilton di Washington, DC, 25 April 2023. Foto: Jim Watson / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Joe Biden memberi isyarat di atas panggung di Washington Hilton di Washington, DC, 25 April 2023. Foto: Jim Watson / AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menjamin negaranya tidak akan gagal bayar utang. Mengingat, Menteri Keuangan Janet Yellen baru saja memundurkan potensi gagal bayar utang dari yang semula 1 Juni menjadi 5 Juni 2023.
ADVERTISEMENT
"Semuanya tampak baik. Saya optimistis," kata Biden, dikutip dari Reuters, Sabtu (27/5).
Sebetulnya, Biden selama berminggu-minggu sudah bertemu dengan sejumlah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Mereka membahas tentang kesepakatan untuk menaikkan pagu utang pemerintah AS sebesar USD 31,4 triliun.
Namun, obrolan tersebut masih belum menemukan titik terang. Pasalnya, Biden menolak bernegosiasi dengan Ketua DPR McCarthy terkait plafon utang, dengan alasan tidak ingin menyandera keyakinan penuh bangsa, dan kredit negara demi meloloskan agenda salah satu partai.
Setidaknya, pemerintah AS memiliki waktu hingga 5 Juni 2023 untuk meningkatkan batas pinjaman sendiri pemerintah atau memicu gagal bayar utang yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menurut para ekonom dapat menyebabkan resesi.
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Janet Yellen dalam High Level Seminar G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7). Foto: ANTARA FOTO
Di Indonesia sendiri, sejumlah lembaga keuangan sudah mengantisipasi risiko AS gagal bayar utang. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memastikan jika AS mengalami gagal bayar utang dampaknya tidak akan berimbas ke perekonomian Indonesia secara umum.
ADVERTISEMENT
"Sampai hari ini perkembangan itu tidak ada pengaruhnya ke perekonomian kita, terutama pasar belum memberikan sinyal terhadap kemungkinan dinamika politik itu. AS bisa bayar kalo debt ceiling dibuka, tapi ada dinamika politik untuk membuka debt ceiling," kata Sri Mulyani, dalam konferensi pers KSSK di Kantor LPS, Jakarta, Senin (8/5).
Sri Mulyani menilai derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan Indonesia juga membuat rupiah terus menguat terhadap dolar AS. Dia juga memastikan tidak ada dampak terhadap pasar surat berharga negara (SBN) Indonesia.
"Ini semua kombinasi agak langka, ini positif support sentimen karena kinerja ekonomi membaik, capital inflow naik, year to date Rp 65,76 triliun yang masuk membeli SBN, yang menggambarkan prospek, risiko CDS kita membaik," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengaku sudah menyusun langkah strategis supaya Indonesia tidak terdampak terlalu besar dari potensi gagal bayar utang. Salah satunya dengan memperkuat nilai tukar rupiah.
"Seluruh dunia mengalami dampak negosiasi debt ceiling yaitu dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Nilai tukar dolar yang menguat terhadap seluruh mata uang dunia, dan yield treasury yang mengalami peningkatan," kata Perry Warjiyo.
"Reaksi kita bagaimana? Kami fokus kebijakan saat ini BI perkuat stabilitas nilai tukar rupiah," tambahnya.
Kemudian, Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar juga menyebut risiko gagal bayar utang AS tak akan berdampak besar bagi sektor keuangan Indonesia. Menurut dia, kepemilikan obligasi pemerintah AS oleh seluruh institusi keuangan di Indonesia saat ini sangat kecil.
ADVERTISEMENT
"Dan itu pun sebagian besar dimiliki badan dan anak perusahaan dari perusahaan multinasional, sehingga dampaknya lebih bisa dikatakan terbatas apabila skenario itu (gagal bayar) terjadi pada perkembangan satu-dua minggu ke depan di Amerika," ujar dia.
Sedangkan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menilai AS tidak akan bodoh membiarkan negaranya mengalami gagal bayar utang. Adapun persoalan saat ini lebih disebabkan oleh alotnya negosiasi politik.
"Tapi saya pikir mereka enggak akan cukup bodoh dengan membiarkan ini (gagal bayar utang) terlalu lama," ungkap Purbaya Yudhi Sadewa.
Purbaya menjelaskan, AS akan mencari jalan keluar agar persoalan utang mereka bisa selesai. Sebab jika AS tak bisa membayar utang, hal ini juga akan berimbas ke perekonomian Negeri Paman Sam tersebut, seperti peringkat utang, dolar AS, hingga pasar modal.
ADVERTISEMENT