Jokowi Bicara Kemandirian Energi: BBM dari Sawit hingga Baterai Mobil Listrik

14 Agustus 2020 10:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo memimpin pengukuhan anggota Paskibraka di Istana Negara. Foto: Youtube Sekretariat Presiden RI
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memimpin pengukuhan anggota Paskibraka di Istana Negara. Foto: Youtube Sekretariat Presiden RI
ADVERTISEMENT
Pemerintah terus mendorong upaya untuk membangun kemandirian energi. Presiden Jokowi mengatakan pada 2019 lalu, Indonesia sudah berhasil memproduksi dan menggunakan B20. Sedangkan tahun ini Indonesia mulai memproduksi dengan B30. Dengan upaya tersebut, Jokowi mengklaim impor minyak berhasil ditekan.
ADVERTISEMENT
“Kita mampu menekan nilai impor minyak kita di tahun 2019,” ungkap Jokowi dalam Pidato Kenegaraan, Jumat (14/8).
Selain itu, menurut Jokowi saat ini PT Pertamina (Persero) yang bekerja sama dengan para peneliti telah berhasil menciptakan katalis untuk pembuatan D100. Yaitu bahan bakar diesel yang 100 persen dibuat dari minyak kelapa sawit. Kini produk tersebut tengah di uji coba di dua kilang. Menurut Jokowi, jika uji coba ini berhasil maka program D100 akan mampu menyerap sawit produksi petani.
“Ini akan menyerap minimal 1 juta ton sawit produksi petani untuk kapasitas produksi 20 ribu barel per hari,” ujarnya.
lustrasi B100. Foto: Dok. Kementerian Pertanian
Selain itu, Jokowi mengatakan pemerintah terus melakukan hilirisasi bahan mentah lainnya secara besar-besaran. Antara lain pengolahan batu bara menjadi methanol dan gas, pembangunan kilang untuk mengolah minyak mentah menjadi minyak jadi sekaligus menjadi penggerak industri petrokimia yang memasok produk industri hilir bernilai tambah tinggi. Contohnya biji nikel yang kini berhasil diolah menjadi baterai mobil listrik.
ADVERTISEMENT
“Biji nikel telah bisa diolah menjadi ferro nikel, stainless steel slab, lembaran baja, dan dikembangkan menjadi bahan utama untuk baterai lithium,” ujarnya.
Jokowi berharap dengan adanya hilirisasi ini pemerintah bisa memperbaiki defisit transaksi berjalan, meningkatkan peluang kerja, dan mulai mengurangi dominasi energi fosil.
“Hal ini akan membuat posisi Indonesia menjadi sangat strategis dalam pengembangan baterai lithium, mobil listrik dunia, dan produsen teknologi di masa depan,” tandasnya.