Jokowi: Bodoh Banget Kita, APBN dari Pajak Habis Beli Barang Impor!

23 Agustus 2022 10:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi tahun 2022 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/8/2022). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo memberikan arahan saat pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi tahun 2022 di Istana Negara, Jakarta, Kamis (18/8/2022). Foto: Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi kembali mengingatkan agar dana belanja APBN terutama digunakan untuk membeli produk dalam negeri. Ini disampaikan Jokowi kala memberikan pengarahan dalam acara Kamar Dagang dan Industri (Kadin).
ADVERTISEMENT
Jokowi menyayangkan jika alokasi belanja, baik ABPN hingga APBD, masih digunakan untuk belanja pemerintah yang didominasi barang impor.
"Sangat lucu sekali APBN yang kita collect dari pajak, PNBP, royalti, masuk ke APBN kemudian keluar sebagai belanja pemerintah yang dibeli barang impor!" ujar Jokowi pada Selasa (23/8).
Jokowi menekankan agar semua alokasi belanja dimaksimalkan untuk membeli produk dalam negeri. "Waduh bodoh banget kita kalau terus-terusan begitu. Ndak, uang APBN, uang BUMN, belanja APBN, APBD, belanja BUMN harus wajib beli produk dalam negeri," sambungnya.
Menurut Jokowi, saat ini dia telah meminta setiap kementerian dan lembaga hingga pemerintah daerah, menandatangani perjanjian terkait komitmen belanja produk UMKM dari e-katalog. Dia meminta agar semua produk-produk unggulan di daerah, didaftarkan ke e-katalog tersebut.
ADVERTISEMENT
"Sekarang sudah suruh tanda tangan semua daerah komitmen, bisa beli berapa triliun? Beli berapa miliar? Komitmen sudah muncul di Rp 897 triliun, Rp 897 triliun komitmen dan ini adalah peluang oleh sebab rekan-rekan kita UMKM itu kita masuk ke e-katalog," pungkas Jokowi.
Adapun sampai saat ini, kata Jokowi, sebanyak 19 juta UMKM telah terhubung ke dalam ekosistem digital. Angka ini merupakan perkembangan yang cukup signifikan terjadi selama masa pandemi COVID-19.