Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Jokowi Buka Suara Soal Harga Beras di RI Mahal, Tapi Pendapatan Petani Rendah
26 September 2024 10:36 WIB
·
waktu baca 3 menit
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Jokowi, harga beras di tingkat konsumen di Indonesia harus dihitung dengan tepat, termasuk memperhatikan biaya pengangkutan (freight) dan harga beras Free on Board (FOB).
"Coba dilihat, coba dilihat, harga beras FOB itu kira-kira USD 530 - USD 600, ditambah cost freight kira-kira USD 40, coba dihitung berapa. Kalau mau membandingkan, itu harusnya itu di konsumen," ujar Jokowi di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Rabu (26/9).
Menurut Jokowi, jika harga beras di pasaran baik, seharusnya harga gabah di petani juga ikut meningkat. Jokowi menekankan bahwa perbandingan harga di lapangan perlu dilakukan agar distorsi harga dapat diminimalkan.
"Mestinya kalau harga beras baik artinya harga gabah juga baik, kalau harga gabah baik, harga jual petani mestinya baik, kalau tidak ada distorsi di lapangan," ucap dia.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, Jokowi menyebut harga gabah di tingkat petani telah mengalami peningkatan signifikan. Hal ini, kata dia, menunjukkan bahwa terdapat kenaikan pada nilai tukar petani (NTP).
"Dicek aja di lapangan, di cek di petani harga gabah berapa? Dulu Rp 4.200 sekarang Rp 6.000. Itu gabah ya bukan beras? Dari situ keliatan NTP juga dicek di lapangan," kata dia.
Sebelumnya World Bank Country Director for Indonesia and Timor-Leste, Carolyn Turk, memperkirakan masyarakat Indonesia membeli beras dengan harga 20 persen lebih tinggi dibandingkan harga beras di pasar global.
“Harga eceran beras internasional di Indonesia secara konsisten lebih tinggi dibandingkan negara-negara besar ASEAN. Kami memperkirakan konsumen Indonesia membayar hingga 20 persen lebih banyak untuk makanan mereka dibandingkan di pasar bebas,” tutur Carolyn dalam sambutannya di acara Indonesia International Rice Conference (IIRC) di Nusa Dua, Bali, Kamis (19/9).
ADVERTISEMENT
Namun, meski harga beras lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain di ASEAN, Bank Dunia menilai petani yang menanam padi memiliki pendapatan yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan petani yang menanam tanaman hortikultura.
Carolyn mengutip data hasil Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkap rata-rata pendapatan bersih petani skala kecil hanya sekitar Rp 5 juta per tahun.
“Menurut Survei Pertanian Terintegrasi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, pendapatan rata-rata petani kecil, kurang dari USD 1 per hari atau USD 341 per tahun. Jadi, petani mendapat keuntungan rendah dari pertanian padi,” tutur Carolyn.
Jika dihitung dengan kurs Rp 15.176 per dolar, maka petani di Indonesia hanya menghasilkan pendapatan Rp 5,17 juta per tahun.
ADVERTISEMENT