Jokowi: Ekonomi RI Ranking 7 Dunia, Banyak yang Enggak Ngerti, Tidak Bersyukur

21 Februari 2020 11:13 WIB
comment
34
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo. Foto: ADEK BERRY / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo. Foto: ADEK BERRY / AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pagi ini meresmikan Asia Pacific Rayon (APR) di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Jumat (21/2). Dalam sambutannya, Jokowi memamerkan ekonomi Indonesia berada di peringkat 7 dunia. Peringkat tersebut dihitung berdasarkan Purchasing Power Parity (PPP) atau paritas daya beli.
ADVERTISEMENT
Jokowi juga menjelaskan bahwa Indonesia sudah masuk dalam G20, yakni kelompok negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia berdasarkan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product/GDP) yang dihasilkan. GDP Indonesia, lanjut Jokowi, terbesar ke-16 di seluruh dunia.
Kata Jokowi, hal tersebut adalah sesuatu yang patut disyukuri. Namun menurutnya banyak yang tidak paham dan terlalu banyak mengeluh.
"Negara kita ini sekarang sudah masuk yang namanya G20, Indonesia GDP nominalnya kalau dihitung kita tu berada di ranking ke-16, kalau dihitung dengan GDP PPP itu berada di ranking ke-7 dunia. Ini ini banyak yang enggak ngerti, banyak yang masih mengeluh, tidak bersyukur. Namanya kufur nikmat itu. Sudah diberi kenikmatan oleh Allah sebegitu gedenya tapi tidak disyukuri. Marilah kita syukuri diberikan apa pun oleh Yang Maha Kuasa," ujar Jokowi.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Ia menambahkan, Indonesia perlu menggenjot investasi untuk semakin memperkuat perekonomian. Dengan banyaknya investasi yang masuk, lapangan kerja tercipta, kesejahteraan rakyat dapat ditingkatkan.
"Perlu saya sampaikan bahwa sekarang ini semua negara saling berebut namanya investasi, kenapa diperebutkan karena yang namanya peredaran uang di sebuah negara semakin banyak beredar akan semakin baik pertumbuhan ekonomi dan semakin baik kesejahteraan masyarakatnya," paparnya.
Investasi dari swasta sangat diperlukan karena peran negara tak begitu besar dalam pertumbuhan ekonomi. Maka berbagai kebijakan dibuat untuk menarik investasi dari swasta.
"Masih banyak yang belum tahu bahwa yang namanya APBN tahun ini kurang lebih Rp 2.200 triliun plus APBD itu pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi hanya 23 persen, itu APBN plus APBD. Kalau APBN saja hanya 16 persen saja pengaruhnya terhadap PDB ekonomi, di semua negara kurang lebih juga sama. Artinya artinya 77 persen tumbuhnya ekonomi sangat bergantung pada dunia dunia usaha, kepada dunia swasta," tegasnya.
ADVERTISEMENT