Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi telah memutuskan untuk memberikan vaksin corona secara gratis bagi seluruh masyarakat yang jadi sasaran program vaksinasi . Hal ini berbeda dengan rencana sebelumnya, yang menggratiskan vaksin corona hanya bagi 30 persen masyarakat sasaran yang masuk kategori miskin. Sedangkan 70 persen lainnya, semula diminta melakukan vaksinasi mandiri atau berbayar.
ADVERTISEMENT
"Setelah melakukan kalkulasi ulang, perhitungan yang mengenai keuangan negara, dapat saya sampaikan vaksin COVID-19 untuk masyarakat adalah gratis. Sekali lagi gratis, tidak dikenakan biaya sama sekali," ujar Jokowi dalam pernyataan video yang diunggah di akun media sosial, Rabu (16/12).
Tak hanya menggratiskan vaksin, jumlah masyarakat sasaran juga bertambah dari sebelumnya. Hal itu diungkapkan Sekretaris Eksekutif Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN ), Raden Pardede. Dia menjelaskan, jumlah masyarakat yang akan menjadi sasaran vaksinasi adalah sebanyak 182 juta. Jumlah itu, menurutnya merupakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 18 tahun.
“Jadi sekarang hitung-hitungannya, berdasarkan herd immunity, dari 270 juta penduduk Indonesia. Kalau diambil yang di atas 18 tahun, itu totalnya 182 juta. Sisanya itu masih berusia di bawah 18 tahun,” kata Raden Pardede dalam perbincangan dengan media di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (16/12).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto, mengungkapkan data yang lebih kecil. Jumlah itu, menurut Terawan, mengacu pada hitungan standar WHO untuk herd immunity. Yakni 67 persen dari total populasi yang berusia 18-59 tahun.
"Kita hitung 67 persen jumlah [penduduk Indonesia] usia 18-59 tahun, ketemulah jumlah sekitar 160 juta [orang]. Kemudian 67 persennya [dari 160 juta] ketemu 107 juta. Itu adalah dasar satu pertimbangan jumlah yang mampu bayar," tutur dia.
Sementara menurut Raden Pardede, dari jumlah 182 juta penduduk yang berusia 18 tahun ke atas, tadinya hanya 70 persennya yang akan menjadi sasaran vaksinasi, sesuai dengan standar WHO untuk membangun herd immunity atau kekebalan kelompok. Tapi menurutnya, para ahli imunisasi Indonesia yang terhimpun dalam Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), memberi masukan lain.
ADVERTISEMENT
Masukan itu, lanjut Raden, yakni untuk mempertimbangkan efikasi atau tingkat efektivitas vaksin corona. Kalau efektivitasnya 100, artinya setiap 100 orang yang divaksin, maka 100 orang itu seluruhnya. Sementara kenyataannya, sejauh ini tidak satu vaksin pun yang punya tingkat efektivitas 100 persen.
Terkait tingkat efektivitas vaksin corona dari Sinovac, China, sebagai salah satu jenis yang digunakan Indonesia, Raden mengungkapkan masih menunggu hasil uji klinis. Karena untuk mengukur efektivitas tidak bisa hanya dari uji klinis yang dilakukan di Indonesia saja, namun juga di negara lain seperti Brasil dan Bangladesh.
“Sebetulnya berdasarkan standar global, kalau di atas 60 persen efikasinya sudah cukup bagus. Nah ada Pfizer yang 95 persen, ada Moderna yang 94 persen. Kelihatannya ada AstraZeneca 70 persen sampai 90 persen. Tapi kita lihat oke, mungkin efikasi vaksin corona 70 persen pasti masih kita lewati,” pungkas Raden.
ADVERTISEMENT