Jokowi: Hilirisasi Tambang Atasi Defisit Neraca Dagang dalam 3 Tahun

20 November 2019 19:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo.  Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam sambutannya saat membuka Indonesia Mining Association (IMA) Awards 2019, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pentingnya hilirisasi di sektor pertambangan. Saat ini Indonesia masih amat bergantung pada ekspor komoditas mentah dari sektor pertambangan, mulai dari batu bara hingga bijih nikel.
ADVERTISEMENT
Akibat ketergantungan pada ekspor barang-barang mentah, neraca perdagangan Indonesia langsung terpukul ketika harga komoditas anjlok. Hilirisasi perlu dilakukan agar Indonesia bisa mengekspor barang setengah jadi dan barang jadi yang lebih tinggi dan lebih stabil nilainya.
Selain menciptakan nilai tambah di dalam negeri, hilirisasi juga menciptakan lapangan kerja baru. Ada efek berganda yang dinikmati masyarakat Indonesia. Karena itu, Jokowi mengajak para pengusaha tambang untuk ikut memulai hilirisasi.
"Current account deficit dan defisit neraca dagang yang sudah bertahun-tahun tak bisa kita selesaikan, sulit kita selesaikan. Kita tahu ekspor tambang berikan kontribusi besar pada neraca dagang kita. Tetapi juga jadikan kita bergantung pada ekspor tambang yang begitu besar. Sebab itu, saya ajak sore ini kita semuanya untuk memulai proses barang-barang tambang kita menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Sehingga negara kita memiliki nilai tambah dan memiliki multiplier effect yang besar dan tentu saja penciptaan lapangan kerja yang dibutuhkan masyarakat," kata Jokowi di Ritz Carlton PP, Jakarta, Rabu (20/11).
ADVERTISEMENT
Khusus untuk batu bara, Jokowi mendorong para pengusaha untuk melakukan gasifikasi batu bara. Gas dari batu bara ini bisa mengatasi masalah impor LPG. Sebab dari kebutuhan LPG yang mencapai 7 juta ton per tahun, 5 juta ton di antaranya harus dipenuhi dari impor.
"Saya berikan contoh, gasifikasi batu bara. Sekarang dengan teknologi, ternyata saya juga baru tahu batu bara bisa menjadi DME dan menjadi LPG, bisa jadi petrokimia, metanol dan lain-lain. Ngapain kita impor LPG? Ngapain kita impor petrokimia yang besar? Begitu ini muncul, hilang itu CAD kita. Saya jamin hilang," ujarnya.
Selain itu, komoditas-komoditas mineral mulai dari bauksit hingga nikel juga bisa diolah menjadi barang yang bernilai sangat tinggi. Nikel misalnya, bisa diolah menjadi baterai untuk kendaraan listrik.
ADVERTISEMENT
"Copper juga sama. Yang saya tahu, (harga) turunannya bisa 15 kali," ucapnya.
Seorang pekerja melakukan proses peleburan nikel di Soroako, Sulawesi Selatan. Foto: AFP/BANNU MAZANDRA
Menurut hitungan Jokowi, hilirisasi mineral bisa ampuh mengatasi defisit neraca perdagangan dalam waktu hanya 3 tahun.
"Tiga minggu lalu, saya hitung-hitungan, kalau semuanya menuju pada hilirisasi dan industrialisasi, barang jadi dan setengah jadi, saya yakin tak sampai 3 tahun, semua problem defisit bisa diselesaikan hanya dalam waktu 3 tahun. Itu hanya satu komoditas saja. Yang namanya nikel. Belum berbicara masalah timah, batu bara, tembaga. Banyak sekali yang bisa kita lakukan dari sana. Karena dari situ lah muncul nilai tambah, value added," tegasnya.