Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jokowi Kenang Faisal Basri: Ekonom Kritis, Bisa Koreksi Kebijakan Pemerintah
6 September 2024 11:07 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya ekonom senior Faisal Basri . Presiden mengatakan, Faisal Basri merupakan ekonom yang kritis dan detail menyampaikan data.
ADVERTISEMENT
"Innalillahi wainailaihi rajiun, saya dan seluruh warga masyarakat Indonesia menyampaikan belasungkawa sedalamnya atas meninggalnya Faisal Basri," ujar Jokowi usai peresmian Fly Over Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (6/9).
Jokowi mengatakan, Faisal Basri selalu menyampaikan data sesuai dengan lapangan. Bahkan ia juga memuji Faisal Basri yang bisa mengoreksi kebijakan pemerintah yang kurang baik.
"Beliau adalah ekonom yang kritis, detail dalam menyampaikan data lapangan, dan bisa mengoreksi kebijakan pemerintah yang kurang baik. saya kira itu hal yang sangat bagus," jelasnya.
Jokowi dan Faisal Basri sempat berbeda pendapat mengenai keuntungan hilirisasi nikel di Indonesia. Menurut Faisal Basri, program kebanggaan Jokowi tersebut hanya menguntungkan China.
Jokowi mengungkapkan hilirisasi justru memberi keuntungan berupa penerimaan negara yang tinggi. Menurutnya, realisasi nilai tambah hilirisasi nikel menjadi Rp 510 triliun dari pajak ekspor bahan mentah yang mencapai Rp 17 triliun per tahun
ADVERTISEMENT
Faisal Basri meninggal dunia di RS Mayapada, Kuningan, Jakarta, Kamis (5/9) sekitar pukul 03.50 WIB. Mengutip laman LPEM FEB UI, Faisal merupakan salah seorang keponakan dari mendiang Wakil Presiden RI Adam Malik. Faisal menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia pada 1985 dan meraih gelar Master of Arts bidang ekonomi di Vanderbilt University, Nashville, Tennessee, Amerika di tahun 1988.
Faisal memulai karirnya sebagai akademisi dimulai dari Pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia untuk mata kuliah Ekonomi Politik, Ekonomi Internasional, Ekonomi Pembangunan, dan Sejarah Pemikiran Ekonomi pada tahun 1981 hingga sebelum menghembuskan nafas terakhir.
***
Reporter: Farusma Verdian