Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi resmi menaikkan harga BBM subsidi Pertalite dan Solar pada Sabtu (3/9). Pertalite naik dari sebelumnya Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, Solar naik dari sebelumnya Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Jokowi juga ikut menaikkan BBM nonsubsidi jenis Pertamax yang semula Rp 12.500 menjadi Rp 14.500.
Di balik kenaikan tersebut, terdapat beberapa fakta-fakta yang harus teman kumparan tahu, berikut rangkumannya:
Pemerintah Sebut Terpaksa Naikkan Harga BBM
Jokowi mengungkapkan pemerintah terpaksa menaikkan harga BBM subsidi dan nonsubsidi karena berada dalam posisi sulit. Alasannya, subsidi energi kian bengkak dari semula Rp 152 triliun menjadi Rp 502 triliun di dalam APBN 2022, seiring dengan naiknya harga minyak dunia ke level USD 100 per barel.
"Dan (subsidi energi) akan meningkat terus, terlebih lagi 70 persen subsidi justru dinikmati oleh kelompok masyarakat mampu yaitu pemilik mobil pribadi. Mestinya uang negara diprioritaskan untuk masyarakat tidak mampu," katanya dalam konferensi pers, Sabtu (3/9).
ADVERTISEMENT
Dengan kenaikan harga BBM ini, kata dia, pemerintah sudah menyiapkan bansos sebagai bantalan bagi masyarakat terdampak. Pertama, BLT BBM Rp 12,4 triliun yang diberikan kepda 22,65 juta keluarga tak mampu masing-masing sebesar Rp 150 ribu per bulan selama empat bulan.
Subsidi BBM Masih Akan Dinikmati Orang Kaya
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut subsidi BBM di Indonesia masih akan terus dinikmati oleh orang kaya. Sebab, skema BBM subsidi yang dijalankan pemerintah masih berdasarkan komoditas atau terbuka, belum skema tertutup untuk individu yang membutuhkan.
"Dana subsidi memang masih akan dinikmati oleh orang yang punya mobil. Jadi subsidi melalui komoditas seperti BBM tidak bisa dihindarkan, dinikmati kelompok miliki kendaraan yang konsumsi subsidi tersebut," ujar Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
Anggaran Subsidi Energi 2022 Akan Tetap Bengkak
Anggaran subsidi energi diperkirakan masih akan bengkak hingga akhir tahun ini, meskipun pemerintah telah menaikkan harga BBM.
Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah telah melakukan simulasi perhitungan kenaikan harga BBM terhadap subsidi energi, berdasarkan fluktuasi Indonesia Crude Price (ICP) yang mengikuti harga minyak dunia.
Saat ini, anggaran subsidi dan kompensasi BBM, LPG dan listrik mencapai Rp 502,4 triliun atau sudah naik tiga kali lipat dari asumsi awal tahun. Menurutnya, kenaikan ini telah menghitung rata-rata ICP yang bisa menyentuh USD 105 per barel dan kurs Rp 14.700 per dolar AS. Anggaran ini juga telah dicantumkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022
"Pemerintah sudah naikkan 3 kali lipat kenaikan subsidi BBM dan LPG tadinya hanya Rp 77,5 triliun kemudian naik ke Rp 149,4 triliun, sedangkan listrik dari Rp 56,5 triliun naik Rp 59,6 triliun dan kompensasi BBM dari Rp 18,5 triliun menjadi Rp 252,5 triliun dan kompensasi listrik dari 0 menjadi Rp 41 triliun. Sehingga total subsidi dan kompensasi BBM, LPG dan Listrik tahun ini mencapai Rp 502,4 triliun," ungkap Sri Mulyani.
ADVERTISEMENT
BBM Tidak Boleh Disubsidi Terlalu Lama
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyinggung soal subsidi dan kompensasi energi tahun ini yang sudah melonjak Rp 502,4 triliun.
Luhut menyebutkan, komoditas BBM sudah seharusnya tidak boleh disubsidi terlalu lama, sehingga kenaikan harga BBM sudah selayaknya dilakukan, daripada menambah subsidi.
“BBM tidak boleh disubsidi terlalu kelamaan. Karena subsidi kelamaan itu subsidi kita hampir USD 20 miliar lebih, itu kan sayang,” kata Luhut kepada wartawan di IT DEL Sumatera Utara, Sabtu (3/9).