Jokowi Pertimbangkan Beli Minyak Murah Rusia, Pengamat: Harga BBM Bisa Turun

13 September 2022 17:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Rusia. Foto: kremlin.ru
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pertemuan Presiden Jokowi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Rusia. Foto: kremlin.ru
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah mempertimbangkan rencana impor minyak yang lebih murah dari harga internasional, termasuk dari Rusia. Hal ini menyusul kenaikan harga BBM lantaran gejolak harga minyak mentah.
ADVERTISEMENT
Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan menilai jika pemerintah berhasil membeli minyak murah dari Rusia akan berdampak pada penurunan harga BBM di level konsumen.
"Potensi penurunan harga bisa terjadi jika benar harganya lebih murah dari harga pasar dan kita bisa mengimpor dalam jumlah yang besar. Jika perlu semua kebutuhan kita impor dari Rusia, asalkan kilang kita bisa mengolah minyak dari sana," jelasnya kepada kumparan, Selasa (13/9).
Mamit menjelaskan, dengan impor minyak yang jauh lebih murah maka akan ada pengurangan biaya produksi BBM di dalam negeri. Namun, perlu dilihat seberapa besar Indonesia mampu membeli dari total nilai impor.
"Jika mampu besar maka akan signifikan mengurangi beban. Dengan demikian ada potensi untuk bisa menurunkan harga BBM. Jika sedikit ya tidak akan signifikan karena impor yang lain nilainya sesuai dengan harga pasar," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut, lanjut dia, mengingat Indonesia merupakan nett importir minyak, di mana kebutuhan minyak mencapai 1,6 juta barel per hari (BOPD), sedangkan produksi hanya 620.000 BOPD.
Sehingga, menurut Mamit, nilai impor minyak mentah Indonesia masih besar sekali. Belum lagi harus mempertimbangkan apakah kilang minyak yang ada sudah mampu mengolah minyak dari Rusia atau belum.
Ilustrasi kilang minyak di tengah laut. Foto: Shutterstock
Jika belum, Mamit meminta agar Pertamina bisa meng-upgrade atau meningkatkan kualitas kilang agar bisa mengolah berbagai jenis minyak.
Selain itu, Mamit menilai rencana impor minyak Rusia juga perlu dipertimbangkan dengan matang dari sisi ekonomi politik, terlebih karena terdapat ancaman embargo dari negara lain.
"Ada potensi ancaman sanksi dari negara lain terutama Amerika Serikat (AS) dan sekutunya karena dianggap kita membiayai perang. Padahal neraca perdagangan kita dengan negara AS, Uni Eropa, dan sekutunya sangat bagus," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan jika Indonesia sampai mendapatkan sanksi embargo maka akan berdampak besar terhadap perekonomian. Sehingga dia berharap pemerintah bisa berdiplomasi dengan efektif.
"Mudah-mudahan saja diplomasi yang dilakukan oleh Kemenlu dan kementerian terkait lain bisa berhasil, sehingga semua akan baik-baik saja dan kita bisa bebas dari sanksi negara-negara tersebut," pungkas Mamit.
Sebelumnya, Jokowi mempertimbangkan untuk membeli minyak dari Rusia, menyusul langkah serupa yang ditempuh China dan India. Opsi ini dipertimbangkan untuk menghadapi gejolak harga minyak dunia yang saat ini berdampak pada naiknya harga BBM di Indonesia.
Jokowi sendiri memutuskan mengurangi subsidi BBM sehingga Pertalite mengalami kenaikan dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000. Begitu pula Solar yang naik dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 dan BBM nonsubsidi Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500.
ADVERTISEMENT
"Semua opsi selalu kami pantau. Jika ada negara (dan) mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja," ujar Jokowi, dikutip dari Reuters pada Senin (12/9).