Jokowi Sebut Target Lifting Minyak 600 Ribu Barel per Hari di RAPBN 2025

16 Agustus 2024 14:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan saat sidang tahunan DPR dan MPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan saat sidang tahunan DPR dan MPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi membeberkan target lifting minyak dan gas bumi (migas) dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Negara (RAPBN) Tahun Anggaran 2025. Lifting minyak ditetapkan sebesar 600 ribu barel per hari.
ADVERTISEMENT
"Lifting minyak diperkirakan mencapai 600 ribu barel per hari dan gas bumi mencapai 1,005 juta barel setara minyak per hari," ungkapnya dalam Pidato Nota Keuangan 2025, Jumat (16/8).
Adapun target lifting migas tersebut menurun dari target yang ditetapkan dalam APBN 2024, yakni lifting minyak sebesar 635 ribu barel per hari dan lifting gas sebesar 1,033 juta barel setara minyak per hari.
Selain itu, Jokowi juga menyebutkan asumsi makro harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) dalam RAPBN 2025 sebesar USD 82 dolar per barel.
Adapun asumsi makro lainnya yakni nilai tukar Rupiah ditargetkan berada di sekitar Rp 16.100 per Dolar AS, suku bunga SBN 10 tahun berada di 7,1 persen.
ADVERTISEMENT
Kemudian, inflasi akan dijaga pada kisaran 2,5 persen, pertumbuhan ekonomi diperkirakan sebesar 5,2 persen, sebab menurut Jokowi kondisi ekonomi global yang masih relatif stagnan, pertumbuhan ekonomi kita akan lebih bertumpu pada permintaan domestik.
"Daya beli masyarakat akan dijaga ketat, dengan pengendalian inflasi, penciptaan lapangan kerja, serta dukungan program bansos dan
subsidi," tutur Jokowi.
Selain itu, Jokowi memastikan pemerintah akan terus mengupayakan peningkatan produk-produk yang bernilai tambah tinggi yang berorientasi ekspor, yang didukung oleh insentif fiskal yang kompetitif dengan tetap menjaga keberlanjutan fiskal.
"Bauran antara fiskal, moneter, dan sektor keuangan akan dijaga untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sistem keuangan," pungkasnya.