Jokowi Segera Lobi China soal Proyek Kereta Cepat Dilanjutkan Sampai Surabaya

15 Oktober 2023 8:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
Presiden Jokowi menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Rabu (13/9/2023). Foto: Agus Suparto/Istana Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi menjajal Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Rabu (13/9/2023). Foto: Agus Suparto/Istana Presiden
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Presiden Joko Widodo (Jokowi) langsung tancap gas dalam upayanya mengembangkan pembangunan kereta cepat. Tak lama setelah Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh diresmikan pengoperasiannya, Jokowi bakal ke China membicarakan kelanjutan kereta cepat itu sampai ke Surabaya.
ADVERTISEMENT

Jokowi Bakal Terbang ke China

Jokowi bakal kunjungan kerja ke China. Menteri BUMN, Erick Thohir, mengungkapkan selain membahas proyek kereta cepat, kunjungan Jokowi juga akan membahas kerja sama percepatan energi terbarukan, infrastruktur, dan juga perdagangan.
"Kalau di China salah satunya diskusi lebih mendalam kereta cepat dari yang tadinya studinya sedang dipelajari," ujar Erick saat ditemui di Sarinah, Sabtu (14/10).
"Kita juga ingin memperbaiki struktur kerja samanya, apakah kepemilikan bunga dan lain-lain," tambahnya.
Erick menuturkan, untuk menjadi negara maju Indonesia harus membangun infrastruktur baik itu kereta api, jalan tol, pelabuhan, maupun bandara yang membutuhkan waktu hingga 8-10 tahun.

INKA Bangun Kereta Cepat, Tapi Masih Butuh Alih Teknologi Negara Lain

Menteri BUMN Erick Thohir usai penanaman pohon di depan kantor Kementerian BUMN, Rabu (27/9/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
PT INKA (Persero) berencana menggarap kereta cepat untuk proyek Whoosh relasi Jakarta-Surabaya. Kesempatan ini diberikan setelah berhasil memproduksi rangkaian kereta (trainset) LRT Jabodebek.
ADVERTISEMENT
Erick Thohir memastikan pemerintah memberikan kesempatan bagi INKA. Namun tentunya tidak bisa sendiri tanpa alih teknologi.
"Kan semuanya alih teknologi, yang namanya MRT kerja sama dengan Jepang, LRT sudah sendiri. Kereta cepat pelan-pelan harus ada ahli teknologi," ungkap Erick saat ditemui di Sarinah, Sabtu (14/10).
Erick menegaskan dalam pembangunan itu harus tetap mengutamakan unsur keselamatan. Apalagi, hasil produk LRT Jabodebek saja masih menuai protes.
"INKA sendiri sudah bisa membuat kereta LRT, itu pun di awal masih ada komplain dari masyarakat. Pintunya pendek, pintunya buka tutupnya masih telat," tuturnya.
"Ya kembali lagi, kalau kita ingin negara maju kasih kesempatan membangun tetapi pasti kita menjaga unsur keselamatan," tambah Erick.
Erick menilai jika ingin membangun kereta cepat yang memiliki kecepatan hingga 350 km per jam, perlu waktu bagi INKA melakukan alih teknologi. Hanya saja, dia tidak membeberkan alih teknologi ini akan dilakukan dengan negara mana.
ADVERTISEMENT