Jokowi soal Ambil Alih Freeport: 50 Tahun Lebih Enggak Tahu ke Mana Emasnya

8 Oktober 2024 11:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara peresmian produksi smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Senin (23/9/2024). Foto: Achmad Ghifari/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara peresmian produksi smelter PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Senin (23/9/2024). Foto: Achmad Ghifari/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku senang karena PT Freeport Indonesia (PTFI) sudah mayoritas dimiliki oleh pemerintah Indonesia, setelah sekian lama mengeruk sumber daya mineral, terutama emas, di Tanah Papua.
ADVERTISEMENT
Saat ini, pemerintah Indonesia menggenggam 51,23 persen saham PTFI, dan sisanya masih dipegang Freeport McMoran. Sebelum divestasi saham perusahaan pada 2018, Saham PTFI yang dimiliki Indonesia hanya 9,36 persen.
Pemerintah sudah menegaskan PTFI perlu kembali divestasi saham sebesar 10 persen dalam rangka perpanjangan Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang berakhir pada 2041 mendatang.
Jokowi menuturkan, saat ini PTFI sudah memiliki dua fasilitas pengolahan mineral alias smelter tembaga dan pemurnian emas yang berada di Gresik, Jawa Timur.
"Perkiraan kita setahun akan mendapatkan 50-60 ton emas, yang sebelumnya lebih dari 50 tahun karena kita belum ambil alih PT Freeport, emasnya itu larinya ke mana kita enggak tahu, 50 ton emas per tahun," tegasnya saat BNI Investor Daily Summit 2024, Selasa (8/10).
ADVERTISEMENT
Adapun dua smelter tembaga PTFI, yakni PT Smelting dan Smelter di Manyar, Gresik, ditargetkan dapat memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun.
Langkah PTFI juga diikuti oleh PT Amman Mineral Nusa Tenggara, dengan membangun smelter tembaga dengan kapasitas produksi 900 ribu ton konsentrat tembaga yang juga sudah diresmikan beberapa waktu lalu.
"Semuanya sudah jadi barang ini, tinggal nanti masuk lagi ke industri turunan, bisa menjadi copper foil, bisa menjadi kabel dan lain-lainnya, itu babak kedua," tuturnya.
Jokowi menegaskan, industri hilirisasi ini diperlukan karena sifatnya yang padat karya bisa menyerap lapangan pekerjaan yang besar. Namun, tak hanya mineral, dia mendorong kegiatan ini juga merambah ke komoditas lain seperti pertanian dan kelautan.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, selama ini keuntungan hilirisasi sudah terlihat mulai dari nikel, di mana pemerintah sudah berhenti mengekspor bijih nikel mulai tahun 2020. Industri turunan pun dibangun seperti nickel pig iron dan nickel matte untuk produksi barang stainless steel, hingga bahan baku baterai.
"Kemudian yang nickel ore ke HPAL, kemudian menuju ke precussore, cathode, dan cell battery, itu juga sudah kejadian. Artinya barang-barang ini sudah diproduksi oleh industri-industri kita," kata Jokowi.
Dampak positif dari hilirisasi nikel ini, lanjut Jokowi, terlihat dari nilai ekspor yang melonjak dari USD 2 miliar sebelum larangan ekspor, menjadi USD 34,8 miliar.