Jokowi Soroti Produk Ekspor RI Masih Tertinggal dari Negara Lain

4 Desember 2020 16:42 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpukan peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan peti kemas di Terminal 3 Tanjung Priok, Jakarta, Senin (17/2). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menyoroti masih tertinggalnya sejumlah produk ekspor Indonesia dari negara lain. Meskipun saat ini laju ekspor domestik terus meningkat dan neraca dagang surplus hingga USD 17 miliar di Oktober 2020.
ADVERTISEMENT
"Tapi kita tidak boleh cepat puas pada capaian saat ini, karena potensi pasar ekspor yang belum tergarap masih banyak, masih sangat besar," ujar Jokowi dalam acara Pelepasan Ekspor ke Pasar Global secara virtual, Jumat (4/12).
Jokowi mencontohkan, ekspor kopi Indonesia kini tertinggal. Padahal di 2019, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar nomor 4 di dunia, setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia.
"Namun Indonesia tercatat sebagai eksportir terbesar kopi yang ke-8 di dunia. Kalah dengan Brasil, Swiss, Jerman, Kolombia, bahkan oleh Vietnam," jelasnya.
Ekspor kopi Indonesia selama 2019 sebesar USD 883,12 juta. Sementara ekspor kopi Vietnam tahun lalu mencapai USD 2,22 miliar.
Begitu pula dengan komoditas ekspor lainnya, seperti garmen. Menurut Jokowi, Indonesia pernah menjadi produsen garmen terbesar ke-8 di dunia, namun saat ini menempati posisi ke-22 sebagai eksportir garmen.
Jokowi melepas ekspor ke Amerika Serikat. Foto: Antara/Wahyu Putro A
Indonesia juga dikenal sebagai produsen kayu ringan terbesar di dunia, termasuk jenis kayu sengon dan jabon. Tapi menjadi eksportir home decor ke-19 terbesar di dunia.
ADVERTISEMENT
Bahkan Indonesia hanya di peringkat ke-21 di dunia dalam ekspor produk furniture, kalah dengan Vietnam.
"Kita dikenal sebagai produsen produk perikanan terbesar kedua dunia, namun potret ekspornya juga masih di peringkat ke-13 dunia," katanya.
Meski demikian, Jokowi meminta masyarakat optimistis mengejar ketertinggalan tersebut. Menurut dia, harus ada perbaikan dan pembenahan pada ekosistem berusaha bagi eksportir Indonesia.
"Satu per satu persoalan yang menghambat kinerja ekspor kita cermati, kita carikan solusinya. Regulasi yang rumit, saya sudah sampaikan bolak-balik segera kita sederhanakan. Prosedur birokrasi yang menghambat juga saya sampaikan berkali-kali segera dipangkas," ujarnya.