Jokowi: Tingkat Pengangguran Terbuka Ditekan, Jadi 4,5-5 Persen di RAPBN 2025

16 Agustus 2024 14:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan saat sidang tahunan DPR dan MPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024).  Foto: Youtube/MPR RI
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan saat sidang tahunan DPR dan MPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8/2024). Foto: Youtube/MPR RI
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi menargetkan tingkat pengangguran terbuka dapat ditekan menjadi 4,5–5 persen pada tahun 2025. Pada tahun 2024, tingkat pengangguran turun menjadi 4,8 persen.
ADVERTISEMENT
Selain itu, angka kemiskinan diturunkan dalam rentang 7–8 persen, rasio gini dalam kisaran 0,379–0,382, dan Indeks Modal Manusia (IMM) pada level 0,56.
“Tingkat pengangguran terbuka tahun 2025 diharapkan dapat ditekan menjadi 4,5-5 persen,” ujar Jokowi dalam Pidato Nota Keuangan RAPBN 2025, Jumat (16/8).
Jokowi mencermati tingkat kemiskinan turun tajam menjadi 9,03 persen di tahun 2024. Angka kemiskinan ekstrem juga turun signifikan menjadi 0,83 persen di tahun 2024.
Target pemerintah lainnya antara lain Nilai Tukar Petani (NTP) ditingkatkan di kisaran 115–120, dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) dijaga di kisaran 105–108.
“Kita juga bekerja keras untuk membangun SDM yang unggul, berdaya saing, produktif, dan inovatif melalui reformasi pendidikan, transformasi sistem kesehatan, serta penguatan jaring pengaman sosial,” jelas Jokowi.
ADVERTISEMENT
Strategi jangka menengah diarahkan untuk mengakselerasi transformasi ekonomi menuju pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
“Pertama, mewujudkan SDM unggul yang produktif, inovatif, dan berdaya saing melalui pendidikan bermutu, makan bergizi gratis, dan renovasi sekolah, serta kesehatan berkualitas, dan perlindungan sosial,” tutur Jokowi.
Strategi kedua, penguatan hilirisasi dan transformasi hijau untuk meningkatkan aktivitas ekonomi yang bernilai tambah tinggi, yang rendah emisi, dan berorientasi ekspor.