Jokowi Ungkap Rencana Bangun Green Industrial Park di Kalimantan Utara

13 Oktober 2021 13:44 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi didampingi Menteri LH Siti Nurbaya dan Gubernur Bali Wayan Koster (kiri) di lokasi penanaman Mangrove Forest, Badung, Jumat (8/10).  Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi didampingi Menteri LH Siti Nurbaya dan Gubernur Bali Wayan Koster (kiri) di lokasi penanaman Mangrove Forest, Badung, Jumat (8/10). Foto: Youtube/Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Indonesia tengah mengupayakan ekonomi hijau atau green economy untuk menciptakan ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Presiden Jokowi juga berencana membangun Green Industrial Park.
ADVERTISEMENT
Rencananya Green Industrial Park akan dibangun di Kalimantan Utara. Pembangunan akan dimulai pada November 2021 ini.
"Bulan depan kita juga mulai membangun Green Industrial Park, dengan produk keluarannya adalah produk hijau, energinya adalah energi hijau, semuanya EBT, hasil produk industri itu adalah produk hijau," ujar Jokowi dalam arahannya kepada peserta Program Pendidikan 2021 Lemhannas RI, Rabu (13/10).
Dia mengatakan, Green Industrial Park ini menjadi yang pertama di dunia. Adapun luasan Green Industrial Park mencapai 20 hektare.
Presiden Joko Widodo usai Groundbreaking Pabrik Baterai Kendaraan Listrik Pertama di Asia Tenggara, di kawasan Industri Kerawang, Jawa Barat, Rabu (15/9). Foto: Agus Suparto/Istana Presiden
"Ini nanti akan jadi pertama di dunia kita memiliki 20 hektare Green Industrial Park yang energinya ditarik dari Sungai Kayan dari kawasan industri hijau ini ada di Kalimantan Utara," jelasnya.
"Dan yang memesan kawasan ini sudah banyak ngantre karena mereka tahu ini energinya yang dipakai energi hijau," lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Ke depan, kata dia, dunia juga akan berubah. Negara besar tak lagi mau menggunakan produk yang dihasilkan dari industri tak ramah lingkungan seperti yang terjadi saat ini.
"Karena ke depan, 10 tahun lagi, yang namanya Uni Eropa, Amerika tidak mau membayar barang yang dihasilkan industri yang mempergunakan misalnya batu bara, enggak mau lagi. Semua mengarah ke sana, sehingga kita harus mendahului," tutupnya.