Jonan dan Kepala SKK Migas ke Jepang, Temui Bos Inpex

16 Mei 2019 16:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pertemuan Menteri ESDM Ignasius Jonan dengan CEO Inpex Takayuki Ueda di Jepang. Foto: Dok. SKK Migas
zoom-in-whitePerbesar
Pertemuan Menteri ESDM Ignasius Jonan dengan CEO Inpex Takayuki Ueda di Jepang. Foto: Dok. SKK Migas
ADVERTISEMENT
Menteri ESDM Ignasius Jonan bersama Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, didampingi Duta Besar Indonesia untuk Jepang Arifin Tasrif dan Deputi Perencanaan SKK Migas Jaffe Arizon Suardin, bertemu dengan Chief Executive Officer INPEX Corporation, Takayuki Ueda.
ADVERTISEMENT
Pertemuan dilaksanakan di Kantor Pusat INPEX Corporation di Tokyo, Kamis (16/5). Dalam pertemuan tersebut dibahas perkembangan mengenai Plan of Development (PoD) Blok Masela, untuk mendapatkan opsi terbaik, dengan estimasi investasi yang rasional dan efisien.
"Di masa mendatang pengembangan Blok Masela diharapkan dapat menjadi tolak ukur dalam pengembangan Blok Migas lainnya di Offshore, dan menunjukkan bahwa potensi hulu migas di Indonesia masih memiliki prospek yang bagus," kata Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher, dalam keterangan resmi, Kamis (16/5).
Lapangan Abadi di Blok Masela memiliki cadangan gas terbukti sebesar 10,7 triliun kaki kubik (TCF). Production Sharing Contract (PSC) Blok Masela sudah ditandatangani oleh Inpex Corporation sejak 1998 alias 21 tahun silam.
Ignasius Jonan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral saat ditemui di kantornya, Rabu (15/8/18). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
Blok Masela awalnya ditargetkan mulai memproduksi gas sebesar 1.200 MMSCFD pada 2024. Nilai proyeknya diperkirakan mencapai USD 30 miliar alias Rp 420 triliun (kurs Rp 14.000).
ADVERTISEMENT
Tapi dipastikan molor setidaknya 2 tahun karena POD Masela harus direvisi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kilang LNG Masela dibangun di darat (onshore).
Kalau tak ada hambatan, paling cepat gas dari Blok Masela baru akan mengalir pada 2026. Aktivitas fisik (Engineering Procurement and Construction/EPC) baru dimulai kira-kira 2022. Butuh kurang lebih 4 tahun untuk konstruksi.
Gas bumi dari Blok Masela rencananya dimanfaatkan untuk industri pupuk dan petrokimia serta dilikuifasi menjadi LNG. Pembangunan kilang di darat diharapkan mampu memberikan multiplier effect bagi tumbuhnya industri, pengembangan kawasan, dan kesejahteraan masyarakat sekitar.