Jual Rumah Kian Sulit, Ekonomi Masyarakat Terjepit?

22 September 2024 15:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pembangunan perumahan bersubsidi. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pembangunan perumahan bersubsidi. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sudah lima bulan ini Syahrul (30) mengeluh sulitnya menjual rumah miliknya yang berlokasi di Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, Banten.
ADVERTISEMENT
Ia sudah berusaha ke sana kemari untuk menawarkan rumah subsidi pemerintah yang ia beli enam tahun lalu itu. Namun usaha menjual rumah tipe 22/60 itu tak kunjung membuahkan hasil.
"Saya buka harga Rp 300 juta. Sudah banyak yang nanya dan survei, tapi belum ada yang deal," kata Syahrul kepada kumparan, Sabtu (22/9).s
Sulitnya akses transportasi menjadi salah satu kendala orang untuk membeli kembali rumah yang diperuntukkan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Perumahan Citra Maja, Lebak, Banten, Jumat (20/9). Foto: Achmad Firdaus/kumparan
Untuk menjangkau transportasi terdekat yaitu Stasiun Tangerang membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Kalau kondisi macet bisa mencapai satu jam.
Selain sulitnya akses transportasi,faktor ekonomi yang masih sulit turut menjadi pemicu orang-orang untuk membeli rumahnya.
"Karena ekonomi sedang kurang bagus, banyak yang ingin beli rumah lewat KPR, tapi kadang data KPR mereka jelek," kata Syahrul.
ADVERTISEMENT
Andre Satria Octavino (33) punya cerita yang sama. Ia mengaku belum menemukan pembeli sejak sebulan yang lalu menawarkan take over kredit rumah KPR miliknya.
Keputusan untuk menjual rumah yang telah ia cicil sekitar 3 tahun ini akibat layoff dari perusahaan tempat Andre bekerja. Ia merasa tak lagi mampu untuk membayar cicilan sekitar Rp 4 juta setiap bulannya.
Rumah yang ia tawarkan berlokasi di Kecamatan Bojongsari, Depok. Harga rumah yang ia beli saat itu mencapai Rp 690 juta dengan tenor 25 tahun.
Kondisi perumahan Vila Kencana Cikarang, salah satu program rumah murah untuk masyarakat. Foto: Dok. kumparan
Saking sulitnya mencicil KPR, Andre mengaku pernah terlintas untuk pemikiran bunuh diri. Ia mengakui bahwa pada saat itu ia merasa tidak berani untuk benar-benar melakukannya, meskipun pemikiran tersebut sempat muncul.
ADVERTISEMENT
"Karena kan kebanyakan, kalau kita ngomongin kredit ya, kalau yang punya kredit itu meninggal, itu biasanya kredit sudah diselesaikan. Gue mikirnya gitu," imbuhnya.
Namun, ia juga sempat memikirkan konsekuensi lain, seperti kemungkinan keluarganya yang akan dikejar oleh pihak kreditur. Meskipun demikian, pemikiran bunuh diri tersebut tidak berlanjut menjadi tindakan.
Keluhan sulitnya menjual rumah rupanya juga dirasakan sejumlah orang. Akun X yang dulu bernama Twitter, @MrOngDedy mengunggah percakapan WhatsApp adiknya yang menjadi agen properti pernah jual rumah seharga Rp 900 juta. Tetapi rumah itu malah terjual di angka Rp 460 juta.
"Kalau menurut gua jual rumah khususnya "bekas" kenapa susah, karena emang rata-rata masyarakat ga punya uang cash sebesar itu, mau minta KPR ke bank kklo ngurus sendiri agak susah dan lama, biaya juga besar. beda klo beli rumah baru lewat developer yang biasanya dpt keringanan," tulis @dranux seperti yang dikutip kumparan, Sabtu (21/9).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Bank Indonesia, secara kuartalan, penjualan rumah primer pada kuartal II 2024 terkontraksi sebesar 12,80 persen dibanding kuartal I 2024.
Perlambatan penjualan rumah itu dipengaruhi oleh kontraksi penjualan rumah tipe kecil dan menengah yang masing-masing sebesar 16,68 persen (qtq) dan 13,68 persen (qtq).
Sementara itu, penjualan rumah tipe besar relatif stabil dan menahan penurunan penjualan rumah yang lebih dalam dengan pertumbuhan sebesar 5,08 persen (qtq).
Daya Beli Masyarakat Lesu
Direktur Eksekutif Center of Economic and law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan, tren penjualan rumah saat ini sedang mengalami perlambatan.
Meskipun sudah ada insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) untuk pembelian rumah. Namun, PPN DTP tersebut belum memberikan dampak terhadap penjualan rumah.
ADVERTISEMENT
"Karena si developer itu meskipun sudah ada potongan PPN tapi dia menyesuaikan harganya. Jadi soalnya memang ada potongan tapi harga akhirnya itu sebenarnya hampir tidak ada perubahan. Jadi yang menikmati untung lebih banyak lebih developer perumahannya itu," kata Bhima.
Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, di Hotel Mercure Sabang, Kamis (25/1/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Kemudian, daya beli kelas menengah yang cenderung menurun. Hal ini dipicu oleh sisa dari pendapatan setelah dikurangi pengeluaran dan pajak pendapatan atau disposable income yang terus menurun.
"Disposable income terhadap PDB per kapitanya itu terus mengalami penurunan. Nah jadi itu artinya uang yang bisa digunakan untuk mencicil rumah lewat KPR itu semakin terbatas," ungkapnya.
Selain itu, perlambatan penjualan rumah ini juga dipicu oleh harga tanah yang melonjak. Bhima mengatakan, kenaikan harga tanah mencapai 30 sampai 40 persen per tahun. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi dari keramik, kaca, semen, dan pasir.
ADVERTISEMENT
"Nah, jadi yang menjadi beban paling besar sebenarnya daripada pembangunan rumah itu salah satunya adalah penyediaan lahan tuh. Jadi 60 persennya itu sudah habis buat pengadaan tanah," kata Bhima.
"Tanah ini kan naiknya terlalu cepat gitu ya. Dan akhirnya nggak seimbang dengan pendapatan masyarakat," ungkapnya.
Menurut Bhima, pada saat harga tanah naik, harga bahan bangunan naik, suku bunga yang masih tinggi, floating rate KPR juga naik, itu berdampak pada penjualan properti yang akhirnya menurun.
"Kemudian kondisi dari sisi supply, karena memang sempat juga yang menarik itu soal keramik impor, karena pemerintah juga bikin kajian soal anti-dumping," kata Bhima.
"Tapi harga di level retailer begitu mendengar akan ada biar masuk dumping, anti-dumping itu, BMAD itu langsung lonjakan, jadi keramiknya juga ikut naik, sehingga itu berpengaruh pada harga properti, itu juga ada pengaruhnya," jelasnya.