Jualan Batik Tulis Lasem, Sehari Bisa Dapat Omzet Rp 20 Juta

28 April 2017 19:19 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kemeja batik tulis lasem (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
Bagi Sri Wirnati, meraih sukses bersama teman sedesanya lebih indah daripada sukses seorang diri. Berbekal pelatihan dan modal dari Kampoeng BNI, Sri dan warga Desa Babagan Lasem mengenalkan Batik Tulis Lasem sampai kancah internasional.
ADVERTISEMENT
"Saya dulu buruh batik. Setelah ada pelatihan Kampoeng BNI, saya greget maju sampai sekarang punya karyawan sendiri," ujar Sri mengawali obrolannya dengan kumparan (kumparan.com) di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta Pusat, Jumat (28/4).
Sejak dua hari kemarin, Sri dan teman-teman mitra binaan BNI lainnya berjualan batik di Inacraft 2017.
"Kami diundang mengisi pameran sama Kampoeng BNI," katanya.
Usaha Sri memulai bisnis batik tulis bermula saat Kampoeng BNI mulai mencari mitra binaan di Desa Babegan Lasem, Rembang, Jawa Tengah. Kampoeng BNI merupakan turunan dari visi-misi BNI yang peduli sosial dan lingkungan dengan pemberdayaan masyarakat.
"Kita yang ikut dikasih pelatihan tahun 2011, latihan membatik, e-commerce, macam-macam," kata Sri.
Memasuki 2012, ia mendapat pinjaman modal dari BNI.
ADVERTISEMENT
"Kita dikasih pinjaman harapannya biar tidak ikut orang terus, agar bisa mandiri," kata Sri.
Hasil pelatihan dan bantuan dana dari Kampoeng BNI menampakkan hasilnya pada tahun kelima.
"Tahun kelima kita sudah benar-benar mandiri. Saya sendiri punya 200 karyawan," kata Sri.
Pelbagai batik tulis lasem di BNI Inacraft 2017 (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
Sri menuturkan, mayoritas karyawannya adalah wanita yang sehari-hari berkerja sebagai petani atau ibu rumah tangga.
"Karyawan saya asalnya enggak dari kampung saya, tapi kampung sekitar yang belum dapat pembinaan," imbuhnya.
Meskipun Sri dan warga sedesanya berlomba-lomba mengembangkan bisnis batik tulis, namun ia mengaku tidak pernah ada pertengkaran karena proyek Kampoeng BNI ini memakai sistem cluster.
"Kita maju bersama. Kita dikelola jadi satu kelompok agar ada yang merangkul dan ngayomi agar tidak misah atau bertengkar. Kita bentuknya Kelompok Usaha Bersama, jadi ada ketua, ada struktur organisasinya," jelas Sri.
ADVERTISEMENT
Batik tulis lasem (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
Selain memajang batik tulis produksinya di showroom yang diberikan Kampoeng BNI, Sri juga memanfaatkan internet untuk memperluas pasarnya.
"Kita ada website, lalu Instagram, Facebook, Whatsapp, dan BBM. Pemasarannya lewat grup pecinta batik di internet juga," ujarnya.
Menurut Sri, beradaptasi dengan zaman itu sangat perlu untuk mempertahankan bisnis batik tulisnya.
"Kalau saya ingin tetap memproduksi batik, apa yang harus kita lakukan ya kita lakukan, seperti dulu enggak kenal internet ya dikit-dikit masuk ke dalamnya," kata dia.
Sri pun merasa pasarnya meluas melalui internet. "Tapi hasil penjualan masih banyakan di lokasi, kira-kita 60:40 sama internet," katanya.
Penjual batik tulis lasem (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
Ia pun menyadari bahwa hal ini bukan karena internet tidak berguna, tapi karena ia belum pandai berdagang melalui internet.
ADVERTISEMENT
"Kita perlu berinovasi dan buka internet untuk lihat yang tren-tren. Kalau enggak nanti kita ketinggalan zaman. Intinya harus inovatif dan kreatif biar enggak kalah sama daerah lain," kata Sri.
Warga Desa Babagan Lasem pun berhasil membuktikan bahwa batik produksinya dikenal dan diingat orang lain.
"Orang tahunya kalau batik kita ya Batik Tulis Lasem," kata Sri mantap.
Batik tulis lasem (Foto: Iqra Ardini/kumparan)
Batik tulis ini dijual dengan bermacam variasi. Misalnya, katun primisima yang halus dijual sekitar Rp 1 juta, batik katun prima kualitas biasa dijual Rp 500 ribu, dan baju batik siap pakai ia hargai Rp 350 ribu.
Dalam sehari, Sri bisa mengantongi omzet Rp 20 juta saat berjualan di pameran seperti Inacraft.
ADVERTISEMENT
"Kalau di showroom aja jarang laku segini. Paling Rp 1-2 juta per hari," katanya.
Perlahan-lahan, bisnis batik tulis milik Sri mulai dikenal di tingkat nasional, bahkan internasional.
"Pelanggan kita sampai Singapura juga, Alhamdulillah ini berkat BNI, tadinya kita kecil cuma ikut orang, sekarang bisa begini," ucap Sri penuh syukur.