Jubir Anies: Ketimpangan Adalah Tantangan Utama Kita

15 Juli 2023 6:50 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mantan Menteri Perdagangan, Thomas Lembong Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Mantan Menteri Perdagangan, Thomas Lembong Foto: Nicha Muslimawati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, mengangkat isu pemerataan distribusi listrik di seluruh wilayah Indonesia, di acara Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (APEKSI) di Makassar, Sulawesi Selatan pada 13 Juli 2023.
ADVERTISEMENT
Menurut mantan Gubernur DKI Jakarta itu, persoalan ketimpangan listrik masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah terutama terkait waktu dan frekuensi nyala listrik. Karena meskipun rasio elektrifikasi di Indonesia pada 2022 sudah mencapai 99,63 persen, namun belum seluruhnya bisa menyala hingga 24 jam per hari.
Dalam paparannya, Anies memperlihatkan visualiasi kota-kota di Indonesia dari udara pada malam hari, di mana hanya di Pulau Jawa yang kelihatan terang, namun di pulau lainnya hanya titik-titik cahaya bahkan gelap gulita terutama di kawasan Indonesia bagian timur.
Mantan Menteri Perdagangan Thomas Lembong, yang juga juru bicara serta tim ahli ekonomi Anies Baswedan, menilai bahwa persoalan itu klasik karena kecenderungan melihat segala sesuatu hanya dari penampakan angka dan statistik semata.
ADVERTISEMENT
“Kita suka terpukau sama angka dan statistik yang kelihatannya bagus, sampai kita buta pada fakta di depan kita yang kasat mata. Gelapnya banyak kota sekunder dan tersier di malam hari, menunjukkan perkembangan ekonomi di Indonesia yang sangat tidak merata,” kata Tom Lembong, sapaan akrabnya.
Menurut Tom, variabel ekonomi makro seperti produk domestik bruto (PDB) juga kerap membuat banyak kalangan melupakan persoalan komposisi pertumbuhan. Meski PDB Indonesia memang masuk kategori salah satu yang paling tinggi di antara negara-negara besar di dunia, lanjutnya, harus diperhatikan juga persoalan angka agregat sektor dan daerah yang masih timpang.
“Angka seperti itu (PDB) adalah angka agregat yang menyembunyikan komposisi pertumbuhan. Struktur pertumbuhan kita sekarang adalah segelintir sektor dan daerah yang pertumbuhannya kencang, sementara lebih banyak lagi sektor dan daerah yang pertumbuhannya rendah bahkan stagnan. Ketimpangan adalah salah satu tantangan utama kita saat ini,” terang Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal periode 2016-2019 ini.
ADVERTISEMENT
Tom menilai isu pemerataan listrik yang disampaikan Anies di rakernas APEKSI menjadi penting, karena ketika distribusi listrik lebih merata, akan mampu mengakselerasi aktivitas perekonomian secara lebih luas dan pada akhirnya berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional.
“Karena dalam sebuah perkembangan ekonomi yang sehat, urbanisasi (perkembangan perkotaan) terutama di kota-kota sekunder dan tersier, adalah mesin pertumbuhan yang seyogyanya memberikan sumbangan terbesar pada pertumbuhan ekonomi nasional. Itu fenomena yang sama di hampir semua negara berkembang. Jadi kita perlu fokus yang lebih besar, pada kebijakan pengembangan kota sekunder dan tersier,” tutup Tom Lembong.
Sebelumnya, di acara Rakernas APEKSI Anies memperlihatkan visualisasi peta cahaya lampu dari udara di malam hari yang terang hanya di Pulau Jawa, khususnya DKI Jakarta. Pulau Sumatera dan Kalimantan hanya berupa titik-titik cahaya lampu, sementara di kawasan Indonesia bagian timur gelap.
ADVERTISEMENT
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu lantas membandingkannya dengan peta India dan Korea Selatan di malam hari, di mana cahaya lampu rata di seluruh wilayah dan menunjukkan sebaran kontribusi listrik yang setara secara waktu dan frekuensi. Menurut Anies, pemerataan distribusi listrik terutama terkait frekuensi dan waktu menyala harus dilakukan secepatnya untuk menggenjot aktivitas perekonomian dan pemerataan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia.