Jubir Erick Thohir soal Merpati: Perusahaan Zombie, Harusnya Ditutup dari Dulu

24 September 2021 11:42 WIB
ยท
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Merpati Airlines Foto: Air Britain Photographic Images Collection
zoom-in-whitePerbesar
Merpati Airlines Foto: Air Britain Photographic Images Collection
ADVERTISEMENT
Kementerian BUMN berencana menutup 7 perusahaan pelat merah. Salah satunya PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) yang disebut seperti perusahaan zombie.
ADVERTISEMENT
Juru Bicara Menteri BUMN Arya Sinulingga menyebut Merpati seperti perusahaan zombie lantaran sudah lama tidak terbang. Adanya pandemi yang menghantam bisnis penerbangan dunia membuat peluang Merpati mengudara sangat kecil.
"Memang sudah berat menghidupkan kembali Merpati. Merpati ini kan salah satu perusahaan 'zombie' yang memang harusnya jauh-jauh hari ditutup," kata Arya kepada kumparan, Jumat (24/9).
Menurut dia, kalau Merpati masih dibiarkan hidup tapi sudah tidak mampu terbang, akan berat bagi karyawan di dalamnya yang digantung terus tanpa kepastian.
Arya memastikan penutupan Merpati dan keenam BUMN lainnya akan mengikuti prosedur yang berlaku. Begitupun kewajiban perseroan kepada karyawannya.
"Nasib karyawan akan diselesaikan baik-baik. Mekanismenya sesuai UU akan kita lakukan dan tidak melanggar. Diusahakan hak-hak mereka dipenuhi," ucap Arya.
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga (tengah) di Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (19/11). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan

Merpati Airlines: Pernah Terbang Tinggi Lalu Nyungsep

Apa yang dialami Merpati saat ini berbanding terbalik saat di tahun 80-an akhir. Sebagai BUMN penerbangan, Merpati saat itu sukses melayani banyak penumpang, bahkan gaji karyawannya sangat menggiurkan.
ADVERTISEMENT
Dikutip berbagai sumber, salah satu karyawan yang pernah menikmati masa kejayaan Merpati adalah I Wayan Suarna. Dewan Penasihat Forum Pegawai Merpati ini mengungkapkan masa keemasan Merpati terjadi antara tahun 1989 hingga 1992. Saat itu, gajinya bahkan naik tiga kali lipat dan melebihi gaji pegawai PT Pertamina (Persero).
Kala itu, Merpati kerja sama dengan PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Sinergi BUMN ini dilakukan dengan beberapa proyek kerja sama seperti koneksi antara sistem ticketing dan penerbangan kedua maskapai tersebut. Perusahaan tercatat memiliki 100-an pesawat.
Tapi, usai kerja sama itu berakhir. Kinerja perusahaan menurun. Hingga akhirnya terlilit utang, membayar gaji karyawan pun dicicil.
Berdasarkan catatan kumparan, Merpati diketahui sudah 'sakit' sejak 2008 lalu. Hingga 2017, kondisi keuangan Merpati Airlines, terdiri atas aset Rp 1,21 triliun, kewajiban utang Rp 10,72 triliun, ekuitas minus Rp 9,51 triliun, pendapatan tidak ada karena sudah tidak beroperasi sejak 2014, dan laba bersih minus alias rugi Rp 737 miliar.
ADVERTISEMENT
Untuk menyelamatkan Merpati, perusahaan pun mencari akal. Salah satunya adalah dengan mengajukan proposal perdamaian dengan para kreditur untuk melunasi utang perusahaan agar perusahaan tidak dipailitkan.
Pada November 2018, Pengadilan Niaga Surabaya pun mengabulkan permohonan perusahaan tidak pailit alias bisa terbang lagi. Tapi, syaratnya, semua utang harus dilunasi.
Untuk melunasi utang-utang tersebut, Direktur Utama PT Merpati Nusantara Airlines Asep Ekanugraha mengatakan, ada satu nama yang bersedia melakukannya yakni PT Intra Asia Corpora (IAC). Perusahaan tersebut diketahui milik Johanes Kim Mulia, pengusaha yang juga pernah membeli Kartika Airlines namun bangkrut.
Namun mimpi Merpati untuk terbang lagi kandas, sebab investor tersandung kasus penipuan dan masuk penjara. Johanes Kim Mulia pada 2019 lalu ditangkap Kejaksaan Agung karena dijatuhi hukuman pidana penjara selama dua tahun usai dinyatakan pengadilan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana penipuan.
ADVERTISEMENT