Jubir Luhut: Proyek Hilirisasi Batubara Akan Tambal Defisit Transaksi Berjalan

15 Mei 2020 11:29 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto udara tempat penumpukan sementara batu bara di Muarojambi, Jambi, Selasa (21/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
zoom-in-whitePerbesar
Foto udara tempat penumpukan sementara batu bara di Muarojambi, Jambi, Selasa (21/4). Foto: ANTARA FOTO/Wahdi Septiawan
ADVERTISEMENT
Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menilai dengan adanya perjanjian kerja sama proyek batu bara ke methanol atau Coal to Methanol (CTM) antara Air Products and Chemicals Inc, PT Bakrie Capital Indonesia dan PT Ithaca Resources akan mengurangi defisit transaksi berjalan.
ADVERTISEMENT
“Pak Menko gembira mengetahui bahwa proyek ini dapat mengurangi defisit transaksi berjalan Indonesia, dan juga berpotensi menjadi sumber devisa negara. Tentu ini sejalan dengan harapan pemerintah yang terus mendorong produksi nasional dalam berbagai bidang,” ujar Juru Bicara Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi, Jumat (15/5).
Proyek tersebut adalah milestone upaya pemerintah dalam mengurangi ketergantungan impor methanol. Methanol sendiri merupakan barang paling strategis bagi Indonesia, tidak hanya untuk memenuhi produk kimia yang dibutuhkan, tetapi juga untuk dukung implementasi program biodiesel, di mana pemerintah sudah berencana untuk melanjutkan proyek kelanjutan B30.
Koki menunjukan tabung gas campuran elpiji dengan DME pada pencanangan pembangunan pabrik hilirisasi batu bara menjadi Dimethyl Ether (DME) di tambang Peranap PT Bukit Asam di Kabupaten Inhu, Riau. Foto: Antara/M Agung Rajasa
Selain Coal to Methanol (CTM), Kemenko Maritim memandang, hilirisasi batu bara juga dapat mengkonversi batubara muda menjadi syngas untuk kemudian diproses menjadi Dimethyl Ether (DME), yang dapat digunakan sebagai bahan baku LPG, sehingga diharapkan dapat mengurangi impor gas untuk LPG. Proses produk hilir dari gas ini juga bisa dijadikan amonia hingga pupuk.
ADVERTISEMENT
“Perkembangan teknologi yang terus berjalan dan komitmen pemerintah untuk terus mendorong adanya nilai tambah. Diharapkan pula akan terus meningkatkan lapangan kerja dan akan sangat membutuhkan tenaga kerja lokal dalam tahap pembangunan dan operasional nantinya. Transfer teknologi dari investor ke perusahaan Indonesia tentu akan saling menguntungkan kedua belah pihak,” tambah Jodi.
Adapun gasifikasi merupakan proses kimiawi untuk mengubah bahan bakar berbentuk padat menjadi gas, dengan menggunakan reaksi sejumlah campuran zat. Beberapa waktu lalu PT Pertamina (Persero) juga sudah menjajaki kerjasama bersama PT Bukit Asam Tbk, untuk menciptakan bahan bakar baru dari proses gasifikasi batubara.
Selama ini, batu bara hanya dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembangkit listrik, yang memiliki dampak pada polusi. Namun, dengan adanya hilirisasi, pemanfaatan batu bara diharapkan dapat menjadi lebih rendah emisi, yang berarti lebih ramah lingkungan.
ADVERTISEMENT