Kabar Baik: Ekspor 1 Kontainer Kopra ke China di Tengah Pandemi Corona

10 Mei 2020 16:17 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja mengeringkan kelapa yang akan diolah menjadi kopra di Desa Tampaure, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Foto: ANTARA FOTO/Akbar Tado
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja mengeringkan kelapa yang akan diolah menjadi kopra di Desa Tampaure, Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat, Foto: ANTARA FOTO/Akbar Tado
ADVERTISEMENT
Di tengah kesulitan kargo saat pandemi virus corona (COVID-19), Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) hari ini, Minggu (10/5) berhasil mengekspor satu kontainer berisi 12 ton kopra ke China. Adapun kopra tersebut merupakan komoditas yang berasal dari Buton Utara, Sulawesi Tenggara,
ADVERTISEMENT
“Ekspor perdana 12 ton kopra ini akan diikuti ekspor-ekspor berikutnya minimal 100 ton perbulan. Nilai eskpor saat ini berkisar di posisi Rp 110 juta,” ungkap Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar dalam keterangan tertulis yang diterima kumparan, Minggu (10/5).
Abdul menargetkan, nilai tersebut bisa meningkat hingga di atas Rp 1,2 miliar pada ekspor-ekspor berikutnya. Bahkan tak hanya ke China, Abdul juga telah membidik negara tujuan ekspor lain yaitu India dan Bangladesh.
Adapun, ekspor kopra putih ini dijalankan langsung oleh Badan Usaha Milik Desa Bersama (Bumdesma) kepada mitranya di luar negeri. Bumdesma merupakan badan usaha yang didirikan oleh Bumdes-Bumdes tiap desa.
Mendes PDTT Abdul Halim Iskandar. Foto: Dok. Kemendes
Abdul menjelaskan selama ini pihaknya telah menggandeng PT Inacom untuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan para petani kopra putih. Para petani tersebut mendapatkan pendampingan dalam hal perbaikan pengolahan lahan, pengelolaan kebun kopra yang lebih terfokus, hingga pengolahan kelapa lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, para petani juga diajarkan tentang teknologi tepat guna yaitu solar dryer dome. Alhasil kualitas kopra putih Buton Utara berhasil meningkat bahkan bisa berkualitas ekspor. Hasil kopra putih dari para petani tersebut kemudian dibeli Bumdes dan Bumdesma, yang kini bertindak sebagai pemodal awal dengan kekayaan dari dana desa dan sumbangan lain.
Dengan sistem ini, Abdul mengklaim pendapatan para petani jadi lebih meningkat. “Sebelumnya, harga yang diterima petani ialah Rp 500 per butir kelapa. Kini, kopra putih meningkatkan pendapatan mereka senilai rata-rata Rp 1.200 per butir kelapa. Artinya terjadi peningkatan hampir tiga kali lipat,” ujarnya.
Kondisi ini pun membuat gairah penanaman kelapa juga turut naik. Dengan adanya pola pengolahan baru, tenaga kerja yang terserap juga meningkat hampir dua kali lipat.
ADVERTISEMENT
Berbagai mitra luar negeri yang semula berbisnis dengan Inacom kemudian dikenalkan kepada Bumdesma. Sehingga terjadi kontrak jual beli langsung antara mitra luar negeri dan Bumdesma Buton Utara.
Selain kopra, Buton Utara juga masih memiliki potensi komoditas lain yang bakal dikembangkan lebih lanjut dengan berbasis industri dan korporasi desa. Komoditas tersebut yaitu mente (7.000 ha), kelapa 6.500 ha (melalui industri coconut oil, VCO dan kopra putih), rumput laut 1.000 ha eksisting dan tambahan perluasan potensial 7.000 ha, serta beras organik varietas lokal hitam dan merah seluas 1.000 ha.
****
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona
ADVERTISEMENT