Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kadin Proyeksi Konsumsi Bahan Bakar Nabati Salip Minyak Mentah di 2050
2 Agustus 2023 16:45 WIB
ยท
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid, menuturkan pertumbuhan konsumsi bahan bakar nabati (biofuels) di kawasan ASEAN diproyeksikan bakal menyalip konsumsi minyak mentah di tahun 2050.
ADVERTISEMENT
Arsjad menuturkan, biofuel merupakan komponen penting dalam upaya energi berkelanjutan. Pada tahun 2021, kawasan ASEAN memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pasokan biofuel dunia.
"Indonesia sendiri memproduksi 137.000 barel biodiesel per hari, melampaui Amerika Serikat dan Jerman. Kontributor utama lainnya yaitu Malaysia Filipina dan Thailand," ujarnya saat ASEAN Renewable Energy International Seminar, Rabu (2/8).
Produksi tersebut, kata dia, hanya mencapai 61,8 persen dari kapasitas nameplate (volume biodiesel yang dapat diproduksi selama setahun), yakni 10,3 miliar liter biodiesel dari 9,5 juta metrik ton bahan baku.
"Untuk memahami skala peluang di hadapan kita, The 7th ASEAN Energy Outlook mencatat bahwa konsumsi biofuel akan tumbuh sebesar 4,7 persen per tahun hingga tahun 2050, lebih cepat dari minyak sebesar 4,4 persen," ungkap Arsjad.
ADVERTISEMENT
Dengan data tersebut, Arsjad menilai berinvestasi dalam pengembangan biofuel lebih dari sekadar keputusan ekonomi, namun juga komitmen pengurangan emisi karbon bagi generasi mendatang.
Selain itu, lanjut dia, keunggulan biofuel tidak hanya mengurangi jejak karbon, tetapi juga mendiversifikasi sumber energi, meningkatkan keamanan energi dan menghasilkan pertumbuhan ekonomi.
Arsjad pun membeberkan 3 langkah untuk memanfaatkan potensi tersebut. Pertama, Indonesia harus meningkatkan kapasitas produksi biofuel, mengembangkan budidaya, meningkatkan inovasi, dan mengurangi tarif atau ongkos produksi.
"Kedua, kita harus mengatasi hambatan peraturan dan menetapkan kerangka kebijakan yang akan mengintensifkan investasi dalam energi terbarukan. Terakhir, kita perlu memupuk kemitraan dan bertukar pengetahuan secara kolaboratif," pungkas Arsjad