Kadin Sebut 23 Juta Pekerjaan Terancam Punah, Apa yang Harus Dilakukan Pekerja?

2 Mei 2023 12:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pekerja menyelesaikan keset di pabrik baru PT Klinko Karya Imaji Tbk, Gresik, Jawa Timur, Kamis (15/12/2022).  Foto: Zabur Karuru/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pekerja menyelesaikan keset di pabrik baru PT Klinko Karya Imaji Tbk, Gresik, Jawa Timur, Kamis (15/12/2022). Foto: Zabur Karuru/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Arsjad Rasjid, mengungkapkan pesatnya perkembangan industri 4.0 bakal berdampak ke lapangan pekerjaan. Dengan majunya teknologi, Arsjad menyebut ada 23 juta pekerjaan yang hilang pada 2030 mendatang.
ADVERTISEMENT
Merespons hal tersebut, Pengamat Budaya dan Komunikasi Digital dari Universitas Indonesia (UI), Firman Kurniawan, menilai pesatnya perkembangan industri 4.0 bisa berimbas ke berkurangnya lapangan pekerjaan. Menurutnya, kondisi itu dapat dilihat dengan banyaknya industri yang sudah menggunakan Artificial Intelligence (AI).
"Kemudian juga sebetulnya secara bertahap pekerjaan seperti dosen, accounting juga sudah sudah tergeser hari ini tidak perlu menunggu 2030. Artinya apa yang dikhawatirkan Pak Ketua Kadin memang betul. Tetapi di antara hilangnya 23 juta pekerjaan itu, akan muncul 100 juta lebih pekerjaan baru lagi," kata Firman saat dihubungi kumparan, Selasa (2/5).
Menurutnya, para pekerja perlu beradaptasi dengan pekerjaan-pekerjaan baru yang muncul akibat peran artificial intelligence. Jika tidak menyesuaikan diri, pekerja bisa saja sulit mendapatkan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
"Kita perlu masuk, kita perlu mempelajari dan mendalami sehingga kita tidak tersingkir menjadi pekerja yang jobless yang tidak memiliki pekerjaan apa pun," ungkap Firman.
Ekonom INDEF Bhima Yudhistira. Foto: Jafrianto/kumparan
Sementara itu, Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, menilai transisi revolusi industri 4.0 dapat menciptakan banyaknya lapangan pekerjaan baru. Dengan adanya perkembangan industri digital ini, ia mendorong pengusaha memberikan peluang pengembangan sumber daya manusia agar dapat bersaing dengan sektor yang akan tumbuh seperti big data dan artificial intelligence.
"Jadi jangan menakut-nakuti terjadinya pengurangan tenaga kerja karena transisi revolusi industri ke 4.0. Tapi justru pengusaha harus memberikan peluang di sektor apa yang akan tumbuh, misalnya big data AI, di sektor robot misalnya karena butuh high skill tenaga kerja," kata Bhima saat dihubungi kumparan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengantisipasi adanya hilangnya jutaan pekerjaan di 2030, Bhima menilai pemerintah perlu mempersiapkan peluang tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi permintaan pasar. Terlebih, kata Bhima, 60 persen tenaga kerja di Indonesia merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
"Nah jadi yang harus disiapkan sekarang adalah, peluang apa saja yang terbuka dan bagaimana struktur pasar tenaga kerja indonesia di mana 60 persen adalah lulusan SMP di bawah itu yang perlu dilakukan percepatan agar keahlian mereka bisa masuk mengisi industri 4.0," ujar Bhima.