Kaleidoskop PMI Manufaktur 2024: Dari Ekspansi jadi Kontraksi, Apa Dampaknya?

27 Desember 2024 19:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pabrik sepatu. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pabrik sepatu. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Perlambatan kinerja industri manufaktur sepanjang 2024 sangat terasa. Industri manufaktur melewati tahun yang menantang pada tahun ini yang membuat Purchasing Manager Indeks (PMI) merosot.
ADVERTISEMENT
PMI manufaktur Indonesia digunakan untuk mengukur keseimbangan dan dinamika aktivitas sektor manufaktur di Indonesia.
Berdasarkan data terbaru S&P, pada November 2024 kinerja PMI Indonesia mulai naik ke 49,6 poin dibanding bulan Oktober 49,2 poin. PMI di atas 50 menunjukkan ekspansi dalam sektor manufaktur, sedangkan di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Berikut kumparan merangkum sepak terjang PMI Indonesia sepanjang tahun 2024:
Bulan Januari sektor manufaktur dalam negeri mencatatkan indeks ekspansi berada di 52,9 poin. Angka indeks mulai menurun pada Februari hingga Juli yang masing-masing 52,5 poin, 52,1 poin, 51,8 poin, 51,5 poin, 51,0 poin.
Akhirnya pada Juli tercatat industri manufaktur RI memasuki masa kontraksi karena level PMI berada di angka 49,3 poin. Agustus menjadi titik kontraksi terendah PMI sepanjang tahun ini yang berada di 48,9 poin.
Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita menutup acara IDEA Expo di Jakarta, Jumat (20/12/2024). Foto: Kemenperin
Saat itu, Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, mengaku tak kaget dengan kontraksi PMI manufaktur RI.
ADVERTISEMENT
Dia justru menyindir Kementerian dan Lembaga (K/L) karena tidak membuat kebijakan untuk mendorong kinerja PMI manufaktur.
“Penurunan nilai PMI manufaktur bulan Agustus 2024 terjadi akibat belum ada kebijakan signifikan dari Kementerian/Lembaga lain yang mampu meningkatkan kinerja industri manufaktur,” kata Agus dalam keterangan resminya, Senin (2/9).
Agus mengatakan bahwa melemahnya penjualan dipengaruhi oleh masuknya barang impor murah dalam jumlah besar ke pasar dalam negeri terutama sejak bulan Mei 2024.
Pada bulan September PMI indonesia naik ke angka 49,2 poin yang bertahan selama dua bulan hingga Oktober. Pada November indeks PMI kembali naik ke 49,6 poin. Meski demikian, kenaikan indeks PMI manufaktur ini belum keluar dari kontraksi.
Dengan demikian, sektor manufaktur dalam negeri terhitung kontraksi lima bulan berturut-turut. Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arif sudah memprediksi kondisi kontraksi PMI ini akan berlanjut hingga bulan November.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan pasar domestik dibanjiri produk impor yang menyebabkan tekanan terhadap permintaan produk lokal. Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi oleh pemberlakuan kebijakan relaksasi impor yang memberikan konsekuensi pada masuknya barang dari luar negeri secara masif.
Sebabkan Penurunan Tenaga Kerja
Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira, di Hotel Mercure Sabang, Kamis (25/1/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
Melihat pergerakan PMI manufaktur dalam negeri, Direktur dan Founder Center of Economic and Law Studies (_CELIOS_) Bhima Yudhistira menyampaikan dengan kondisi indeks manufaktur yang semakin lesu akan berdampak pada penguranggan tenaga kerja.
"Kalau industri nya lemah, permintaan bahan baku turun, jasa logistik juga melemah hingga sebabkan penurunan serapan kerja," kata Bhima kepada kumparan, Jumat (27/12)
Bhima juga mencatat pelemahan permintaan barang dalam negeri dan lesunya ekspor membuat perlambatan ekonomi. Berdasarkan data BPS, sepanjang Januari-November 2024 ekspor Indonesia ke India turun 21 persen, dan ke Korea Selatan turun 18,5 persen.
ADVERTISEMENT
Industri kendaraan bermotor dan logam mulia menjadi sektor yang paling terdampak dengan pelemahan indeks dan permintaan barang dalam negeri ini. Belum lagi adanya penurunan, konsumsi rumah tangga turut menekan laju sektor manufaktur.
"Jadi kecenderungannya industri di kawasan bergerak di arah hi-tech industry. Sementara indonesia masih fokus pada pengolahan bahan baku mineral yang dampak transfer teknologi nya rendah," tutup Bhima.