Kampanye Negatif Kelapa Sawit Dinilai Tak Selesaikan Masalah

13 April 2018 13:12 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpukan kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek BERRY)
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / Adek BERRY)
ADVERTISEMENT
Uni Eropa kembali menjegal masuk produk Crude Palm Oil (CPO) asal Indonesia. Presiden Director PT Smart Tbk Daud Dharsono mengatakan, hal tersebut merupakan langkah yang tidak baik bagi kondisi perdagangan.
ADVERTISEMENT
“Boikot memboikot itu tidak baik. Itu tidak menyelesaikan masalah. Satu memulai, satu membalas. Aksi reaksi. Itu hukum alam,” ungkap Daud di Ev Hive Dimo, Jakarta, Jumat (13/4).
Menurutnya, jika Uni Eropa berniat mengurangi emisi, maka seharusnya ada pembicaraan lebih lanjut dengan semua pihak terlibat. Menurut Daud, dengan adanya forum, semua pihak terlibat dapat saling memberi masukan.
“Bikin FGD (Forum Group Discussion), mana yang paling baik paling ekonomis. Jadikan produksinya berkelanjutan,” ujar Daud.
Pekerja memuat kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / MOHD RASFAN)
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja memuat kelapa sawit (Foto: AFP PHOTO / MOHD RASFAN)
Hal senada juga disampaikan oleh Director of Policy, Sustainability and Transformation WWF Indonesia Aditya Bayunanda. Dia mengatakan, dengan adanya sikap Uni Eropa ini Indonesia berhak marah.
“Dalam posisi ini saya melihat bahwa Uni Eropa perlakuan ke palm oil itu diskriminatif. Indonesia pantas untuk feel upset, ya,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Aditya, seharusnya Uni Eropa bisa bersikap lebih adil dengan tetap memperbolehkan produk-produk berstandar untuk masuk ke negara mereka. Menurutnya, banyak produsen yang saat ini telah menerapkan standar yang baik dan membuat industri berkelanjutan.
“Yang dibutuhkan adalah insentif pada good produsen. Sebetulnya kalau produsen sudah baik di lapangan, yang seperti ini menjadi pengecualian. Yang terjadi sekarang tidak fair kepada Indonesia,” tutupnya.