Kapasitas Pembangkit Listrik Terpasang di RI Capai 93 GW per Semester I 2024

14 September 2024 10:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
PLN IP terapkan teknologi ramah lingkungan untuk tekan emisi dari pembangkit listrik berbasis batu bara. Foto: PLN IP
zoom-in-whitePerbesar
PLN IP terapkan teknologi ramah lingkungan untuk tekan emisi dari pembangkit listrik berbasis batu bara. Foto: PLN IP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 93 gigawatt (GW) per Semester I 2024 ata hingga Juni 2024.
ADVERTISEMENT
Subkoordinator Penyiapan Perencanaan dan Kebijakan Ketenagalistrikan Nasional, Hasan Maksum, mengatakan pembangkit yang ada di Indonesia tersebut masih didominasi oleh pembangkit berbasis energi fosil.
"Kapasitas terpasang pembangkit di Indonesia sampai semester I tahun 2024 ada 93 gigawatt pembangkit yang sudah terpasang," ungkapnya saat Forum Tematis Bakohumas di Bandung, dikutip Sabtu (14/9).
Secara rinci, sebesar 79,7 GW atau 85 persen merupakan pembangkit energi fosil, terdiri dari 49,8 GW atau 53 persen adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), 25,24 GW atau 27 persen adalah Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan 4,64 GW atau 5 persen Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
"Untuk jenis pembangkit dari 93 gigawatt sampai saat ini ada sebesar 79,7 atau 85 persen merupakan pembangkit fosil," kata Hasan.
ADVERTISEMENT
Kemudian sisanya adalah pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) sebesar 15 persen atau 13,71 GW, terdiri dari PLTA/PLTM/PLTMH 6,69 GW atau 7 persen, PLTP 2,6 GW atau 3 persen, PLT-Bio 3,41 GW atau 4 persen, dan PLTS 0,61 GW atau 1 persen.
Petugas PLN mengecek panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Pulau Kodingareng, Kecamatan Sangkarrang, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (15/12/2022). Foto: Abriawan Abhe/ANTARA FOTO
Hasan melanjutkan, mayoritas pembangkit yang terpasang sekitar 74,5 GW atau 79 persen merupakan pembangkit yang dimiliki oleh PT PLN (Persero). Kemudian ada 14,2 GW atau 15 persen adalah Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri (IUPTLS),
Sementara 4,7 GW atau 5 persen merupakan pembangkit pemegang PPU atau pemegang wilayah usaha (wilus). Adapun sampai saat ini, tercatat ada 65 pemegang wilus penyediaan tenaga listrik di Indonesia.
"Jadi selain PLN, ada sekitar 64 yang memiliki wilayah usaha di mana di dalam wilayah usaha tersebut pemegang-pemegang wilayah usaha ini dapat menjual tenaga listrik kepada konsumen di dalam wilayah usahanya," jelas Hasan.
ADVERTISEMENT
Dia memaparkan, dari total pemegang wilus tersebut, 56 merupakan wilus terintegrasi atau di dalamnya terdapat pembangkit sendiri, kemudian 1 wilus transmisi distribusi dan penjualan, serta 8 wilus distribusi dan penjualan.
"Untuk sebaran pemegang wilus di Indonesia ini ada 19 di Sumatera, kemudian 18 di regional Jawa Madura Bali, 14 di Kalimantan, 4 di Sulawesi kemudian ada 5 pemegang wilus di Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara," pungkas Hasan.