Karena Corona, Harga Sepeda Lipat Bekas Lebih Mahal dari Beli Baru

2 Agustus 2020 14:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Masyarakat menggunakan jalur sepeda di Jalan MH. Thamrin, Jakarta, Minggu (19/7). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Masyarakat menggunakan jalur sepeda di Jalan MH. Thamrin, Jakarta, Minggu (19/7). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Berkeliling menggunakan sepeda lipat saat ini menjadi tren di masyarakat. Kondisi itu membuat sepeda lipat menjadi salah satu barang yang banyak diburu di tengah pandemi virus corona.
ADVERTISEMENT
Banyaknya peminat membuat stok sepeda tersebut menjadi susah dicari. Seperti yang dialami Wijaya. Sudah hampir sebulan ia mencari sepeda favoritnya, tetapi tak kunjung bertemu.
Sekalinya menemukan barang yang dicari, harganya sudah melambung tinggi. Bahkan, untuk second-nya melebihi harga beli saat baru. Meski begitu, Wijaya tetap membelinya setelah lama mencarinya.
“Nah gue beli second. Harga aslinya sepeda gue itu barunya cuma Rp 6,8 juta. Gue beli Rp 7,3 juta setelah nawar seminggu. Awalnya dia minta Rp 8 juta,” kata Wijaya saat dihubungi kumparan, Minggu (2/8).
Seorang pesepeda melintasi jalur sepeda di Jalan MH. Thamrin, Jakarta, Minggu (19/7). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
Wijaya sebelumnya kesusahan mencari sepeda lipat mulai dari merk Dahon, Tern, sampai Polygon Urbano. Hingga akhirnya Wijaya memutuskan membeli Dahon Ion Chicago dengan harga yang melambung tersebut.
ADVERTISEMENT
Wijaya mengaku mau tidak mau harus membelinya meski dengan harga yang lebih mahal. Sebab, kata Wijaya, stok sepeda lipat baru yang dicarinya sudah tidak tersedia lagi.
“Ya emang udah habis stoknya. Rata-rata harganya naik 30 persen. Itu yang second. Karena yang baru udah enggak ada. Kalau ada juga harganya enggak masuk akal yang baru itu. Penjualnya per orangan. Kalau di toko sudah enggak ada,” ungkap Wijaya.
Wijaya tidak bisa memastikan stok sepeda lipat yang habis tersebut apakah karena produksi di pabrik yang memang terbatas atau peminatnya sedang melonjak tinggi. Namun yang pasti, stok terbatas itu yang membuat harganya melambung tinggi.
“Cuman memang peminatnya banyak dan kayaknya distributor nahan buat naikin harga. Kalau enggak per orangan borong, terus harganya dinaikin. Bisa jadi gitu,” ujar Wijaya.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Akbar, seorang pebisnis sepeda di Toko Sepedaria mengakui saat ini semua jenis sepeda mengalami lonjakan permintaan selama pandemi corona. Menurutnya, lonjakan tersebut tidak dibarengi dengan kapasitas produksi yang membuat harganya naik tajam.
Akbar menjelaskan kenaikan harga di tempatnya bisa mencapai 20 sampai 50 persen bergantung jenis sepeda. Ia mengakui kondisi ini juga banyak membuat masyarakat memilih mencari sepeda second atau bekas.
“Kalau harga di toko pasti mengikuti kenaikan dong, kalau enggak bisa tekor buat belanja barang lagi. Pasti ada kenaikan (sepeda second), mengikuti jumlah permintaan, sementara stok susah. Tapi kalau sepeda bekas kan dilihat juga dari kondisinya,” tutur Akbar.