Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut ekonomi Indonesia berada pada ranking 7 di antara negara-negara dunia. Menurutnya, hal ini patut disyukuri.
ADVERTISEMENT
Mantan Wali Kota Solo itu bilang, masih banyak yang belum paham mengenai pencapaian Indonesia tersebut. Karena itu, masih banyak yang mengeluh dan tidak bersyukur atas situasi ekonomi RI.
"Negara kita ini sekarang sudah masuk yang namanya G20, Indonesia GDP nominalnya kalau dihitung kita tuh berada di ranking ke-16. Kalau dihitung dengan GDP PPP itu berada di ranking ke-7 dunia," kata Jokowi saat meresmikan Asia Pacific Rayon (APR) di Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau, Jumat (21/2).
Ada dua indikator ekonomi yang disebut Jokowi dalam pidatonya. Yakni Gross Domestic Product (GDP) atau Produk Domestik Bruto (PDB) dan GDP berbasis Purchasing Power Parity (GDP PPP) atau PDB berbasis paritas daya beli.
GDP merupakan nilai keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam satu tahun.
ADVERTISEMENT
Salah satu pendekatan penghitungan GDP melibatkan sejumlah faktor. Yakni konsumsi rumah tangga, investasi, belanja pemerintah, dan selisih ekspor-impor. Faktor-faktor itulah yang menentukan tinggi rendahnya GDP suatu negara.
Jokowi menyebut, Indonesia berada di ranking 16 berdasarkan GDP. Hal itu sesuai dengan data World Bank tahun 2018 hingga Proyeksi Ekonomi IMF 2019. Nilai GDP Indonesia mencapai 1.042 miliar dollar AS.
Dengan begitu, Indonesia merupakan negara anggota ASEAN satu-satunya yang masuk ke dalam 20 besar GDP dunia. Berdasarkan GDP, ekonomi Indonesia masih lebih baik dibanding Belanda, Arab Saudi, Turki, hingga Swiss.
Karena besaran GDP itulah, Indonesia masuk ke dalam G20. Kelompok negara-negara dengan perekonomian terbesar di dunia berdasarkan GDP tergabung di sana.
Sementara, menurut GDP PPP, ranking ekonomi Indonesia memang berada di peringkat 7. Hal itu terkonfirmasi melalui data World Bank 2018.
ADVERTISEMENT
Mengutip Global Finance, dalam GDP PPP angka produk domestik bruto dikonversi ke dolar internasional menggunakan paritas daya beli. Dolar internasional memiliki daya beli yang sama dengan PDB di Amerika Serikat.
Dengan demikian, PDB berbasis paritas daya beli mampu menghilangkan perbedaan harga barang dan jasa antar negara.
Menggunakan penghitungan GDP PPP, ekonomi beberapa negara tampak lebih baik. China mampu menggeser Amerika Serikat dari peringkat 1. Indonesia pun jadi peringkat 7 di atas Brazil, Inggris, dan Perancis.
Baik GDP maupun GDP PPP sama-sama bisa digunakan sebagai indikator ekonomi suatu negara. Namun demikian, mengutip Investopedia, ekonom lebih sering melihat GDP sebagai tolok ukur kinerja ekonomi suatu negara.
Ekonom juga menggunakan GDP untuk menentukan apakah suatu ekonomi tumbuh atau mengalami resesi.
ADVERTISEMENT
Adapun, GDP Indonesia mengalami tren kenaikan selama Jokowi menjabat presiden, dari 890.814 juta dollar AS pada 2014 hingga 1.111.710 juta dollar AS pada proyeksi tahun 2019. Penurunan GDP sempat terjadi sekali, yakni pada tahun 2015.