Kata Mendag 5 Miliar Babi di China Bikin Harga Kedelai di Indonesia Mahal

18 Februari 2022 11:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
Ilustrasi peternakan babi terlihat di kandangnya. Foto: Ricardo Rojas/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi peternakan babi terlihat di kandangnya. Foto: Ricardo Rojas/REUTERS
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi mengungkapkan sejumlah penyebab mahalnya harga kedelai impor di Indonesia. Salah satunya 5 miliar ekor babi di China membutuhkan pakan kedelai, yang sebagiannya juga diimpor.
ADVERTISEMENT
"Di Cina itu, awalnya peternakan babi di sana tidak makan kedelai, tapi sekarang makan kedelai. Apalagi baru-baru ini ada lima miliar babi di peternakan Cina itu makan kedelai," kata Mendag Muhammad Lutfi di sela kunjungan kerjanya di Makassar, seperti dikutip dari Antara Jumat (18/2).
Memang lima miliar babi di China yang semuanya itu pakannya adalah kedelai, bukan satu-satunya penyebab. Mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat (AS) juga menyebut masalah cuaca sebagai penyebab lain.
Yakni cuaca buruk El Nina di kawasan Amerika Selatan. Hal ini membuat pasokan kedelai ke pasar global menurun, sehingga harganya jadi naik.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi saat melakukan peninjauan ke sejumlah pasar tradisional di Makassar terkait harga dan stok kebutuhan pangan khususnya minyak goreng di Makassar, Kamis (17/2/2022). Foto: Muh Hasanuddin/Antara
"Jadi permasalahan kedelai di Indonesia yang harganya belakangan ini naik karena adanya beberapa permasalahan. Termasuk terjadinya El Nina di Argentina," imbuh Muhammad Lutfi.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, harga kedelai per gantang yang sebelumnya USD 12 naik menjadi USD 18 per gantang.
Lutfi menerangkan jika saat ini pihaknya sementara menyiapkan mitigasi dari melambungnya harga kedelai secara nasional. "Sekarang ini kami sedang menyiapkan mitigasinya dan kesempatan pertama minggu depan akan kami umumkan kebijakannya seperti apa," terang Mendag.
Muhammad Lutfi juga menyampaikan kebutuhan kedelai dalam negeri setiap tahunnya adalah 3 juta ton, sementara budi daya dan suplai kedelai dalam negeri hanya mampu 500 hingga 750 ton per tahunnya.
Sementara untuk menutupi kebutuhan nasional akan kedelai itu, Kemendag mengimpor dari beberapa negara seperti negara dari kawasan Amerika Selatan tersebut.