Kebijakan Hilirisasi Nikel Jokowi Dinilai Bawa Berkah ke Industri Pelayaran RI

20 Juli 2023 13:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal kargo asing tengah bongkar muat peti kemas mengangkut komoditas ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: Wendiyanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kapal kargo asing tengah bongkar muat peti kemas mengangkut komoditas ekspor impor di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: Wendiyanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Indonesia National Shipowner’s Association (INSA) menilai kebijakan hilirisasi Presiden Jokowi yang melarangan ekspor bahan mentah hasil tambang seperti nikel dinilai membawa berkah bagi industri pelayaran di tanah air.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum VII INSA Faty Khusumo mengatakan, banyak rute angkutan baru yang bermunculan melayani pengiriman domestik. Hal ini setelah kebijakan hilirisasi Presiden Jokowi melarang pengiriman ekspor bahan mentah.
"Dangan adanya hilirisasi justru telah mengembangkan banyak angkutan baru yaitu dari daerah ke daerah juga dan di dalam Indonesia hari ini sangat semarak untuk angkutan mineral hasil tambang," kata Faty saat ditemui di Gedung Kadin, Jakarta, Kamis (20/7).
Terlebih, ketika nikel masih boleh ekspor, angkutan kapal yang digunakan mayoritas adalah kapal asing. Sementara ketika dilarang ekspor, kapal-kapal domestik mulai mendominasi pelayanan logistik distribusi nikel antar pulau di dalam negeri.
Laporan Global Trade Outlook WTO menyebutkan pada tahun 2021-2022 terjadi perlambatan pertumbuhan volume perdagangan global. Pada 2023, WTO memprediksi volume perdagangan global melambat 1,7 persen. Sementara diprediksi mulai 2024 nanti volume perdagangan global baru akan kembali tumbuh di angka 3,2 persen.
ADVERTISEMENT
Dengan banyaknya pelayanan domestik, Faty mengatakan, kondisi industri pelayaran di Indonesia saat ini lebih bertumpuh kepada kondisi ekonomi di dalam negeri.
"Selama perekonimian Indonesia tumbuh dengan baik, itu akan menghasilkan pertumbuhan angkutan di dalam Indonesia. Kalau perekonomian bagus, kita semua angkutan kebanyakan antar pulau menggunakan kapal laut, jadi kalau pertumbuhan ekonomi positif pasti volumenya tetap baik," pungkas dia.