Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Kebijakan Trump Bisa Berimbas ke Industri Tekstil RI, Bakal Banjir Produk China
17 Desember 2024 15:37 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan kebijakan Trump nantinya tidak hanya akan membuat Indonesia kehilangan pasar ekspor produk tekstil AS. Tetapi juga semakin kebanjiran produk impor dari China .
Hal tersebut karena kebijakan restriksi perdagangan AS terhadap produk dari China, maka Negara Tirai Bambu itu akan mencari pasar alternatif yang jumbo, dan Indonesia memenuhi kriteria itu.
“Apalagi kondisi sekarang sudah oversupply, dia harus salurkan itu. Kalau tidak Amerika dia cari negara lain yang punya pasarnya besar dan selanjutnya salah satunya adalah Indonesia,” kata Faisal dalam gelaran Outlook Sektor IKFT tahun 2025 di Yogyakarta, Selasa (17/12).
Terlebih, lanjut Faisal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Tiongkok merupakan salah satu negara yang banyak mengimpor barang ke Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Kemudian kalau kita lihat khusus tekstil dan produk tekstil, dari pertumbuhan impornya juga 12,5 persen impor kita dari Tiongkok. Padahal ekspor kita ke Tiongkok minus 2,8 persen,” terang Faisal.
China menjadi negara dengan perdagangan Indonesia yang defisit. Lebih lanjut Faisal menjelaskan, kebijakan yang akan diteken Trump nantinya akan berfokus pada upaya mendorong industri lokal AS. Caranya dengan instrumen fiskal dan menaikkan tarif impor 10 persen dan khusus China dikenakan bea masuk 60 persen.
Selain itu, Trump juga akan menerapkan tarif impor yang lebih tinggi untuk negara selain China, Meksiko misalnya. Hal ini akan diberlakukan beriringan dengan langkah Trump mengencangkan ikat pinggang dengan melakukan efisiensi anggaran pemerintah.
Dia memproyeksikan, kebijakan Trump ini akan mulai terasa dampaknya pada paruh kedua tahun 2025. Selain itu, dampak dari kebijakan Trump ini juga akan menyeret Indonesia pada permasalahan keuangan, yaitu melemahnya nilai tukar rupiah.
ADVERTISEMENT
“Itu yang perlu diantisipasi sampai juga ke moneter, dalam kondisi di mana arus modal naik masuk ke Amerika karena kebijakan Trump, maka ada potensi nanti kelemahan dan sisi nilai tukar juga, kalau BI tidak intervensi lebih kuat,” jelas Faisal.
Pelemahan nilai tukar rupiah akan menimbulkan multiplier effect pada industri-industri yang masih memiliki ketergantungan terhadap bahan baku dan bahan baku penolong impor. Sebab, akan ada peningkatan ongkos produksi.
“Nah kalau grup yang lemah berarti industri-industri yang punya ketergantungan impor yang besar seperti farmasi akan terkena dampaknya,” terang Faisal.