Kebutuhan Investasi EBT Besar, Tapi Bank Dunia dan Para Filantropi Tak Ada Uang

5 September 2023 19:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Bank Dunia Ajay Banga menyampaikan paparannya saat menjadi narasumber dalam Plenary Session 1 General Outlook from the Region usai pembukaan ASEAN Indo-Pasific Forum (AIPF), Jakarta, Selasa (5/9/2023). Foto: Media Center KTT ASEAN 2023/Dhoni Setiawan/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Bank Dunia Ajay Banga menyampaikan paparannya saat menjadi narasumber dalam Plenary Session 1 General Outlook from the Region usai pembukaan ASEAN Indo-Pasific Forum (AIPF), Jakarta, Selasa (5/9/2023). Foto: Media Center KTT ASEAN 2023/Dhoni Setiawan/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Presiden Bank Dunia atau World Bank Ajay Banga mengungkapkan kebutuhan investasi untuk transisi energi baru dan terbarukan (EBT). Menurut dia, setiap tahunnya dibutuhkan investasi senilai USD 1 triliun.
ADVERTISEMENT
“Dunia membutuhkan USD 1 triliun per tahun untuk diinvestasikan hanya pada energi terbarukan,” kata Banga dalam ASEAN-Indo-Pacific Forum (AIPF) di KTT ASEAN, Jakarta, Selasa (5/9).
Banga menuturkan, yang menjadi tantangan adalah dana tersebut tak tersedia dalam anggaran keuangan Bank Dunia dan tidak tersedia oleh para filantropi. Untuk itu Banga berharap perusahaan swasta dapat terlibat dalam investasi EBT senilai USD 1 triliun per tahun.
“Inter-American Development Bank dan Bank Dunia bergabung, maka akan ada dua pihak yang bertanggung jawab. Kami perlu bekerja sama dengan Asian Development Bank, African Development Bank, dan yang paling penting dengan sektor swasta juga, untuk membawa uang ini masuk,” terangnya.
Di Indonesia sendiri, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat realisasi investasi di sektor energi baru dan terbarukan (EBT) baru USD 206 juta atau sekitar Rp 2,97 triliun di kuartal I 2023.
ADVERTISEMENT
PLTS Pulau Messah. Foto: Dok. Istimewa
Kepala Subdit Penyiapan Program Bioenergi Kementerian ESDM, Trois Dilisusendi, menyebutkan realisasi tersebut masih jauh dari target investasi di tahun 2023 ini sebesar USD 1,8 miliar atau Rp 26,7 triliun.
"Capaian per triwulan 1 2023 di angka USD 0,206 miliar di mana kebutuhan kita di kisaran hampir USD 1,8 miliar ini masing-masing kategorinya baik bioenergi, konservasi energi, aneka EBT, dan panas bumi," ujarnya saat peluncuran platform digital Lintas EBTKE, Rabu (17/5).
Trois memaparkan, realisasi investasi EBT di tahun 2022 mencapai USD 1,55 miliar. Sementara kebutuhan investasi Indonesia di sektor tersebut per tahunnya sebesar USD 28,5 miliar.
Hal tersebut, kata dia, jika Indonesia ingin mencapai target net zero emission (NZE) di tahun 2060 atau lebih cepat, maka harus menyediakan investasi sebesar USD 1108 miliar atau setara Rp 16,4 ribu triliun.
ADVERTISEMENT
"Atau kalau dibagi rata-rata per tahun ini kira-kira kebutuhan kita di angka USD 28,5 miliar kalau kita ingin mencapai net zero emission," ungkap Trois.