Kehadiran LRT Dinilai Belum Tentu Atasi Kemacetan di Bali

1 Januari 2024 15:33 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Tol Bali Mandara saat akan menuju kawasan jalan akses Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Badung, Bali, Jumat (29/12/2023). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Tol Bali Mandara saat akan menuju kawasan jalan akses Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai di Badung, Bali, Jumat (29/12/2023). Foto: Fikri Yusuf/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memastikan LRT akan hadir di Bali. Moda transportasi massal ini dinilai dapat mengatasi kemacetan, seperti yang terjadi di Tol Bali Mandara pada Jumat (29/12) malam.
ADVERTISEMENT
Kemacetan parah yang terjadi di Taman Bundaran Bandara Ngurah Rai pada momentum tahun baru 2024 itu ramai diperbincangkan. Sebab, kendaraan stagnan alias tidak bisa bergerak mengakibatkan sejumlah wisatawan turun di Tol Bali Mandara dan berjalan kaki menuju bandara.
Pemerintah berencana memulai pembangunan LRT Bali pada awal 2024. Nantinya, Pemprov Bali akan memegang saham mayoritas dengan besaran 51 persen. Sementara pemerintah pusat 49 persen.
Meski demikian, Ketua Institut Studi Transportasi (INSTRAN), Ki Darmaningtyas, menilai pembangunan LRT seharusnya tidak dilanjutkan di Bali, melainkan hanya di Jabodetabek dan Palembang saja.
"Mengapa? Karena biaya investasi dan operasionalnya mahal sementara penumpangnya sedikit, sehingga pasti akan menjadi beban negara dalam bentuk subsidi. Kalau tidak disubsidi pasti akan bangkrut, sementara kalau bangkrut infrastrukturnya itu tidak bisa dibongkar," jelasnya saat dihubungi kumparan, Senin (1/1).
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, Darmaningtyas menyebut pembangunan LRT di Bali tidak perlu dilanjutkan, apalagi bila Pemprov Bali tidak siap memberikan subsidi untuk operasionalnya nanti.
Sebab, dia meyakini Pemerintah Pusat juga tidak akan memberikan subsidi selamanya terhadap operasional LRT di Bali.
Di sisi lain, Darmaningtyas menilai kemacetan di Bali itu adalah kemacetan yang disebabkan oleh wisatawan, bukan kemacetan karena orang bekerja seperti di Jakarta.
"Maka solusinya ya sediakan saja angkutan umum massa berupa bus yang selamat, aman, dan nyaman agar wisatawan turun di bandara diantar dengan menggunakan bus menuju hotel atau tujuan wisata," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan kehadiran transportasi massal seperti LRT menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan kemacetan di Bali.
ADVERTISEMENT
"Jangka panjangnya kita akan bangun kereta LRT di Bali dari bandara ke sejumlah titik yang selama ini lalu lintasnya padat, seperti di Sunset Road, Legian, dan Canggu," ujarnya melalui keterangan resmi, Sabtu (30/12).
Budi mengungkapkan, pembangunan LRT membutuhkan waktu kurang lebih 3-4 tahun. Pekan lalu, pemerintah bertemu pihak dari Korea Selatan yang memberikan grant untuk Feasibility Study (FS) dan akan memberikan Official Development Assistance (ODA) Loan untuk pembangunan LRT Tahap 1 dari bandara I Gusti Ngurah Rai sampai Sunset Road.
Kehadiran LRT ini, lanjut Budi, diharapkan dapat mengatasi permasalahan kemacetan di Bali yang seringkali terjadi, khususnya di hari libur nasional dan keagamaan.