Kejar Target Produksi di 2023, Pupuk Indonesia Dorong Pengembangan Pabrik

4 Februari 2023 13:27 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi PT Pupuk Indonesia (Persero). Foto: Dok. Pupuk Indonesia
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi PT Pupuk Indonesia (Persero). Foto: Dok. Pupuk Indonesia
ADVERTISEMENT
PT Pupuk Indonesia (Persero) menetapkan target total produksi secara grup sebesar 19.448.255 ton di tahun ini. Secara rinci, target produksi pupuk sebesar 12.304.975 ton dan non-pupuk sebesar 7.143.280 ton.
ADVERTISEMENT
Direktur Portofolio & Pengembangan Usaha Pupuk Indonesia Jamsaton Nababan mengatakan, kenaikan target tersebut dapat didorong melalui pengembangan pabrik, salah satunya Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) 3B dengan kapasitas produksi pupuk urea 907.500 ton per tahun. Saat ini, Pusri 3B dalam tahap evaluasi biding dokumen dari masing-masing bidder, yang diharapkan tender bisa selesai pada pertengahan tahun ini untuk selanjutnya dilaksanakan kontruksi pembangunan pabrik.
"Selanjutnya kawasan industri pupuk di Kabupaten Fakfak, Papua Barat, yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan kapasitas produksi pupuk urea sebesar 1,15 juta ton. Proyek ini merupakan proyek grass root yang akan membantu meningkatkan perekonomian di kawasan Indonesia Timur, khususnya di Papua," ujar Jamsaton dalam keterangannya, Sabtu (4/2).
Foto aerial pabrik PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri) di Palembang, Sumatera Selatan, Senin (26/7/2021). Foto: Nova Wahyudi/ANTARA FOTO
Adapun terkait harga pupuk yang mahal, Jamsaton menuturkan, penyebab utamanya adalah konflik antara Rusia dan Ukraina. Rusia merupakan produsen bahan baku pupuk NPK, khususnya potasium atau KCL (K). Kelangkaan pasokan ini berdampak pada tingginya harga pupuk bahan baku NPK.
ADVERTISEMENT
"Sebelum adanya perang Rusia-Ukraina harga pupuk komersil juga sudah mengalami kenaikan yang disebabkan oleh krisis gas di Eropa, sanksi kepada Belarusia sebagai negara eksportir pupuk, serta adanya kebijakan larangan ekspor pupuk oleh Rusia dan China," kata dia.
Jamsaton juga menjelaskan, tren produksi Pupuk Indonesia mengalami kenaikan sejak 2017. Salah satunya karena industri mendapat harga gas murah melalui harga gas bumi tertentu (HGBT) sebesar USD 6 per million british thermal unit (mmbtu) sejak 2020.
Pada 2017 atau sebelum diterapkan HGBT, produksi Pupuk Indonesia adalah 18,33 juta ton dan pada 2021 atau setelah penerapan HGBT produksinya mencapai 19,46 juta ton atau meningkat sebesar 8 persen. Rinciannya, produksi pupuk meningkat dari 11,42 juta ton pada tahun 2017 menjadi 12,24 juta ton pada tahun 2021. Sedangkan produksi non-pupuk juga meningkat dari 6,91 juta ton pada tahun 2017 menjadi 7,22 juta ton pada tahun 2021.
ADVERTISEMENT
“Jadi hitungan kita kalau sekarang kapasitas produksi kita 13,97 juta ton, maka pada tahun 2030 setelah proyek tadi selesai akan menjadi 16,87 juta ton, atau naik sekitar 3 juta ton,” jelasnya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), Achmad Tossin Sutawikara, menyebutkan bahwa implementasi HGBT memiliki dampak positif pada kinerja produsen pupuk. Menurutnya, produksi pupuk nasional konsisten meningkat bahkan di tengah dampak pandemi COVID-19.
“Produksi kami naik sejak tahun 2017, sampai sekarang. Peningkatannya cukup signifikan.” jelas Tossin.
Menurut dia, implementasi HGBT ke industri pupuk sejak tahun 2020 relatif berjalan lancar kepada lima anggota APPI. Di antaranya Pupuk Kaltim, Petrokimia Gresik, Pupuk Kujang, Pupuk Iskandar Muda, dan Pupuk Sriwidjadja.
Walaupun sesekali mengalami penurunan tekanan gas di waktu tertentu, namun tidak berdampak signifikan pada proses produksi pupuk secara keseluruhan. “Misal ke Petrokimia tekanan gasnya turun, tapi kemudian normal kembali. Artinya, HGBT sangat membantu capaian produksi,” tambahnya.
ADVERTISEMENT